The Last Tear [Part 1]

Title: The Last Tear [Part 1]
Author: talentchrist
Poster: ShinStarKey (@nanonadiaaa)

Main Cast:
Choi Sooyoung “SNSD”, Cho Kyuhyun “Super Junior”,
Hwang Tiffany “SNSD”, Lee Jieun (IU)

Other Cast:
Choi Seunghyun “Big Bang”, Choi Siwon “Super Junior”,
Jang Wooyoung “2PM”, others.

Genre: Horror, Romance
Rating: PG+15, Teens, AU

Disclaimer: Choi Sooyoung, Cho Kyuhyun, and the other casts are
belong to theirself and God. Story and idea are belong to mine.
Don’t bashing or plagiat! Don’t be the siders please!
Sugen hater or siders go away!
Knights and good reader welcome :)

THANK YOU. KAMSAHAMNIDA. ARIGATOU GOZAIMASU. TERIMA KASIH.

***

Annyeonghaseyo semuanya~~ haha.
Adakah yang menunggu fanfiction horor pertama saya ini?
Hahaha.
Banyak yang nanya, “Apa gak takut, thor, bikin cerita horor?”
atau “Darimana dapet idenya sih, thor?”
Ide-ide ini saya dapat dari cerita horror yang dibintangin
sama T-Ara Hyomin, tapi aku lupa apa judulnya-__-
Ceritanya tentang setan murid juga, hehe.

Hanya saran, lebih baik bagi kalian yang
ga suka darah atau kesadisan, jangan dibaca
deh ya daripada kalian parno sendiri.
Saya ga bisa tanggung jawab mah.__.v

Banyak yang suka juga ya sama Teasernya^^ hehe.
Ini part 1-nya, ku berharap pendapat kalian jauh
lebih baik dari yang sebelumnya,
dan para SIDERS yang bergentayangan(?) akhirnya
menampakkan diri juga, hehe.

Segini saja pembuka dari saya^^
Jangan lupa RCL please!
Oh ya, jangan lupa follow twitter saya juga @mistletoe04 🙂
Dan twitternya KFS @knightsfanfics 🙂
Kamsahamnida *bow*

Check this out!

***

Thursday. December 28, 1987

“Annyeonghaseyo, joneun Hwang Tiffany imnida. Kalian bisa memanggilku Tiffany. Saya pindahan dari Busan. Kumohon bantuannya,” kata seorang yeoja manis yang sedang berdiri di depan kelas. Semuanya menatap mereka dengan sikap yang berbeda-beda. Ada yang terlihat tidak suka, dan ada pula yang tersenyum menyambut perkataan Tiffany.

“Baiklah. Tiffany-ssi, kau boleh duduk di samping Choi Siwon,” kata Jung seonsaengnim yang sedang mengajar. “Ne,” jawab Tiffany dan ia pun berjalan menuju tempat duduk yang akan menjadi bangkunya selama ia bersekolah.

“Annyeong, Siwon-ssi,” sapa Tiffany. Siwon tersenyum, menampilkan sepasang lesung pipinya yang manis. Tiffany tersenyum malu, kemudian menyiapkan buku-buku miliknya yang akan digunakan untuk memulai pelajaran Akuntansi kali ini.

***

Friday. April 13, 1987

Tak terasa, sudah kurang lebih lima bulan Tiffany bersekolah di sekolah elit jaman itu. Saat ini jam selesai pelajaran telah berdering, dan semua siswa yang ada di dalam kelas 10-7 saat ini sedang mengemas barangnya sendiri untuk bersiap-siap akan pulang.

Tak berbeda jauh dengan Tiffany, yeoja itu sedang membereskan buku-bukunya masuk kedalam tas miliknya. Setelah selesai, ia menyapa Siwon yang masih membereskan barang-barangnya. Sedangkan yang tersisa di dalam kelas saat ini hanyalah mereka berdua.

“Siwon-ah, jangan lupa, besok aku ulang tahun. Kumohon datang, ne?” pinta Tiffany. Siwon tersenyum ramah kemudian mengangguk. “Tentu saja. Aku juga akan memberikan surprise padamu,” kata Siwon. Tiffany memasang wajah terkejut.

“Benarkah? Apakah surprise itu?” tanya Tiffany penasaran. “Kalau kuceritakan sekarang, sudah bukan surprise lagi, namanya,” jawab Siwon sambil tertawa kecil. Namja tampan itu berjalan kearah Tiffany dan mengacak-acak rambut yeoja itu.

“Aku harus pulang lebih dulu. Sampai ketemu besok,” kata Siwon. Tiffany mengangguk. Siwon pun melambaikan tangannya dan melangkah keluar kelas. Saat ini tersisa Tiffany yang ada di dalam kelas. Jam sudah menunjukkan pukul enam sore, karena memang hari Jumat itu, semua siswa wajib mengambil pelajaran tambahan sampai sore.

Tiffany kembali memberes-bereskan barangnya. Ia memasukkan semua buku-buku miliknya ke dalam tas, namun saat ia membereskan buku kimia-nya, selembar kertas terjatuh dari buku itu. Mau tak mau, Tiffany memungut kertas itu dan membacanya.

Jangan terburu-buru pulang.
Aku ingin menawarkan tawaran menarik untukmu.
Temui aku di gudang lantai tiga.

Tiffany mengerutkan dahinya. Baru kali ini, ia mendapatkan sebuah surat ditulis dengan sesuatu seperti kuas yang digunakan oleh jaman dulu, bersamaan dengan tinta berwarna merah yang sepertinya terbuat dari darah binatang. Tiffany mengetahuinya karena darah yang mengering di kertas yang terbuat dari kain kanvas itu. Benar-benar seperti jaman dulu.

Setelah memberes-bereskan barang-barangnya, Tiffany akan bangkit dan berjalan untuk pulang. Namun, rasa penasaran menghantuinya tentang surat dan tawaran menarik itu. Ingin tahu, Tiffany pun memutuskan untuk datang ke gudang lantai tiga, karena perasaan tertariknya saat ini.

Ketika ia melangkahkan kakinya menginjak lantai tiga, tiba-tiba terdengar suara seperti suara tawa beberapa yeoja. Penasaran, Tiffany pun langsung berjalan kearah suara tersebut. Ternyata, suara misterius itu membimbingnya menuju sebuah ruangan gelap yang ada di sudut gedung lantai tiga.

“Nuguseyo?” sapa Tiffany. “Nu… nuguseyo?” tanya Tiffany lagi, karena suara cekikikan yeoja-yeoja itu semakin terdengar. “Nu—“ “ARGH!” teriak Tiffany merasakan seseorang menjambak rambut panjangnya. Pada saat itu juga, lampu menyala dan saat ini, ada kurang lebih tiga orang yeoja sedang berdiri di depan Tiffany dengan seringaian khas.

“Kahi, Victoria, Jessica?” sapa Tiffany. Saat ini ia terduduk di atas lantai kotor itu. Membuat rok seragam berwarna coklat-merah bermotif kotak-kotak miliknya itu kotor terkena debu.

“Tidak usah berbasa-basi, Hwang Tiffany,” kata Kahi. Victoria mendekat kearahnya, dan menjambak rambutnya lagi dengan kasar dan keras. “Kali ini kami mengajakmu kesini, kami ingin menagih apa yang sudah kamu rebut dari kami,” jelas Jessica.

“A.. apa salahku?” Tanya Tiffany ingin tahu. Jessica tersenyum. “Apa salahmu? Hei, dengar ya. Pertama, kau sudah merebut hati para seonsaengnim karena kepintaranmu. Dan kedua, kau sudah merebut namjachingu Jessica, Choi Siwon,” kata Victoria sedikit berteriak di telinga Tiffany.

“Aku tidak—ARGHH!!” teriaknya merasakan perih yang teramat dalam di matanya. Ternyata, Jessica menusuk kedua mata Tiffany dengan sesuatu benda tajam yang Tiffany tidak tahu apa itu. Air matanya menetes deras, bercampur dengan darah hingga darah itu sudah cair seperti air.

“Jebal, jebal jangan sakiti aku,” kata Tiffany. Namun, Victoria mengambil gunting berkarat, dan menggunting bibir Tiffany dengan gunting berkarat itu. “AAAAAH!” teriak Tiffany tidak jelas karena bibirnya yang sudah tidak utuh lagi itu.

Victoria, Kahi, dan Jessica tertawa puas. Mereka benar-benar puas sudah menyiksa Tiffany seperti itu.

Victoria mengambil tas milik Tiffany, dan mengobrak-abriknya sampai semua isi yang ada di dalam sana berserakan diatas lantai. Termasuk sebuah video tape yang berisi lagu ciptaan Tiffany itu.

“Aish, tidak ada yang menarik. Kahi-ah, silahkan habisi dia. Aku ingin melihat ia mati sekarang juga,” kata Jessica. Kahi tersenyum kemudian mengangguk, menjalankan perintah Jessica.

Tak beberapa lama kemudian, Tiffany sudah tergeletak diatas lantai dengan bersimbah darah. Sebuah golok besar menancap di dadanya, tepatnya diarea jantungnya. Darah kental berwarna merah maroon mulai mengalir membasahi lantai berdebu itu.

Tiffany sudah tidak punya daya lagi untuk menangis. Nafasnya mulai tersengal-sengal, tanda bahwa ia hampir mati.

“Aku sudah puas. Bagaimana kalau kita pergi sekarang juga? Eomma-ku pasti sudah menunggu,” kata Jessica dan menyandang tasnya. “Geurae. Ayo kita pulang,” kata Kahi. Mereka bertiga pun berjalan meninggalkan tubuh Tiffany yang hampir tak utuh lagi itu.

Sepeninggal tiga yeoja itu, wajah hancur Tiffany yang menghadap cermin kusam itu langsung menyeringai penuh keanehan dan misteri, dan tak lama kemudian, cermin kusam itu pecah tak berbentuk dan tubuh Tiffany semakin hancur dibuatnya karena serpihan cermin yang pecah tanpa sisa itu.

***

Monday. April 13, 2012.

Seorang yeoja cantik berperawakan bak model sedang duduk termenung di depan meja rias miliknya. Mata indah nan belo nya itu menatap lurus kearah bayangan dirinya di depan cermin. Sebuah pita yang terbuat dari sutra, dengan indahnya menghiasi rambut panjang yeoja itu. Matanya tak henti-hentinya menatap pantulan dirinya itu. Ia menggunakan sebuah seragam sekolah Girin Art High School, sekolah seni terbaik di Korea.

“Sooyoung-ah, kau sudah siap?” Tanya seorang namja berperawakan tinggi dari balik pintu. Yeoja yang duduk termenung tadi langsung menelan ludahnya dan menoleh kearah namja yang saat ini sedang berdiri di ambang pintu. “Aku tahu ini berat, Soo. Tapi kau harus memenuhi keinginan appa,” kata namja tampan itu.

“Tapi, oppa. Aku…“ Yeoja bernama Sooyoung itu menggantungkan kalimatnya, membuat namja yang notabene adalah kakak laki-lakinya itu memincingkan mata. “Gwaenchanhayo, Soo. Aku tahu kau trauma terhadap lingkungan baru. Aku akan menjagamu,” kata namja itu sambil tersenyum dan berjalan mendekat kearah yeodongsaeng-nya.

Kkaja, jangan sampai terlambat,” kata namja bernama Choi Seunghyun itu sambil tersenyum.

***

Seorang namja saat ini sedang berjalan melewati sebuah koridor yang ada di dalam sekolah tempat ia menimba ilmu, Girin Art High School. Namja berumur sekitar tujuh belas tahun itu melewati koridor itu dengan enggan, karena memang pada intinya ia sungguh-sungguh malas bersekolah.

“Kyuhyun-ah!” panggil sebuah suara yang berasal dari salah satu ruangan yang ada di koridor itu. Namja tampan bernama Cho Kyuhyun itu langsung menoleh ke sumber suara, dan terlihatlah seorang namja sepantaran dengannya sedang tersenyum sambil berjalan kearahnya.

“Hari ini kau ada jadwal melukis, kah?” Tanya namja itu sambil menepuk bahu Kyuhyun. Kyuhyun hanya menggeleng enteng.

“Ah, kurasa kau harus ikut denganku,” kata namja berambut pirang itu begitu mendengar jawaban Kyuhyun. Jang Wooyoung, namja itu tersenyum manis sambil menunggu jawaban dari Kyuhyun. “Eodigaseyo?”

“Kemana saja, yang penting kau harus ikut denganku. Kutunggu kau di depan sekolah nanti, ya! Annyeong!” kata Wooyoung kemudian langsung pergi begitu saja meninggalkan Kyuhyun di koridor yang sepi itu.

Kyuhyun yang masih bingung, hanya bisa memiringkan kepalanya sejenak kemudian kembali berjalan menuju kelasnya yang berada di ujung koridor lantai tiga.

***

“Kau siap kan, Soo?” Tanya Seunghyun sambil menggenggam tangan yeodongsaeng-nya yang wajahnya terlihat tegang menatap gedung sekolah yang terdiri dari gedung tua itu. “Kenapa aku harus pindah ke Korea? Aku sudah sangat tenang ada di Canada, oppa,” kata Sooyoung sambil terus menatapi gedung sekolah yang akan menjadi sekolahnya selama dua tahun ini.

“Soo, kalau kau mau tetap tinggal di Canada, siapa yang akan mengurusmu? Kau tahu sendiri bahwa eomma meninggal, jadi tidak ada lagi yang bisa merawatmu di Canada,” kata Seunghyun menjelaskan.

“Kenapa eomma dan appa harus bercerai, oppa?” Tanya Sooyoung sambil mengalihkan pandangannya kearah oppa-nya itu. “Soo—“

“Sudahlah, oppa. Lebih baik kau memarkirkan mobilmu saja,” kata Sooyoung sambil melepaskan seatbelt-nya. Ia mengambil tasnya kemudian berjalan turun dari mobil menuju lobi gedung sekolah itu.

“Soo!” panggil Seunghyun sambil membuka kaca mobilnya. Tidak menjawab, Sooyoung justru berlari semakin cepat menuju lobi.

Seunghyun hanya menghela nafas, dan berniat memarkirkan mobil Audi miliknya menuju parkiran yang ada di belakang sekolah.

***

Sooyoung berjalan memasuki gedung itu dengan langkah cepat. Begitu ia sampai di dalam lobi, ia hanya diam. Tidak tahu apa yang harus dilakukan karena murid-murid lain sedang asyik mengobrol sendiri. Ada yang baru datang seperti Sooyoung, namun mereka langsung berjalan menuju kelasnya masing-masing.

Sooyoung mengedarkan pandangannya pada sekeliling lobi. Banyak lukisan-lukisan berthema ideology terpampang ditembok beton yang dilapisi marmer itu. Tertarik, Sooyoung langsung berjalan mendekat kearah salah satu lukisan yang terlihat sangat indah.

Sooyoung mengamati setiap ini lukisan itu. Kagum. Sooyoung menoleh untuk melihat siapakah pelukis itu. Siwon Choi, 1987. Di lukisan itu terdapat seorang yeoja berambut pendek sedang tersenyum manis, namun disekeliling yeoja itu terdapat background abstrak yang begitu menarik dengan campuran-campuran warna gothic yang misterius.

Sooyoung memusatkan pandangannya pada mata yeoja yang ada di lukisan itu. Lama sekali. Dan entah ini hanyalah halusinasi atau efek visual semata, Sooyoung melihat mata yeoja yang ada di lukisan itu bergerak. Sooyoung yang terkejut langsung melangkah mundur, dan ia merasakan ia menubruk seseorang. Terkejut lagi, Sooyoung langsung membalikkan badan dan ia langsung menghela nafas ketika mengetahui bahwa yang ditubruknya adalah seorang ‘manusia’.

You’re surprised me,” kata Sooyoung dalam bahasa Inggris. Yeoja yang tadi Sooyoung tubruk itu bertubuh lebih pendek daripada Sooyoung. Matanya sangat indah dan ia terlihat polos sekali. “Mworaguyo?” Tanya yeoja itu dengan suara sedikit serak. Sooyoung menghela nafas. “Eobseo, neo nuguseyo?” Tanya Sooyoung bingung.

“Ah, kau pasti murid baru disini?” Tanya yeoja manis itu. Sooyoung mengangguk pelan. Yeoja itu mengulurkan tangannya, sambil tersenyum manis. “Annyeonghaseyo. Lee Jieun imnida. Kau bisa memanggilku IU jika kau mau, karena itu adalah nama panggilan kesukaanku,” kata yeoja itu memperkenalkan diri.

Sooyoung yang bingung, langsung membalas uluran tangan yeoja itu ragu. “Choi Sooyoung imnida,” kata Sooyoung memperkenalkan diri. “Banggawo (Senang berkenalan denganmu),” kata Jieun sambil mengayunkan jabatan tangan itu. Sooyoung hanya tersenyum tipis sambil mengangguk pelan.

“Kau suka lukisan ini?” Tanya Jieun sambil menunjuk lukisan yang tadi Sooyoung lihat dengan dagunya. Sooyoung mengalihkan pandangannya pada lukisan itu dan mengangguk yakin. “Terlihat misterius dan magis,” kata Sooyoung mengungkapkan alasannya menyukai lukisan itu.

“Entah kenapa semua murid sangat menyukai lukisan ini. Padahal ini kan lukisan biasa saja. Walaupun kuyakini bahwa yeoja yang ada di lukisan itu sangat manis,” kata Jieun sambil tersenyum senang menatap lukisan itu.

“Konon katanya, lukisan ini ada arti dibaliknya lho. Aku sendiri tidak tahu apa itu. Karena itu hanya mitos. Dan ketua sekolah pun tidak mau menceritakan cerita dibalik lukisan ini,” kata Jieun. Sooyoung hanya ber-oh ria.

“Kau mau kutemani berkeliling sekolah?” Tanya Jieun mengusulkan. Sooyoung hanya mengangguk yakin sambil tersenyum. Jieun membalas senyuman Sooyoung, kemudian berjalan sambil menggandeng tangan Sooyoung.

“Kau murid pindahan darimana?” Tanya Jieun saat mereka sedang berjalan melewati sebuah koridor kosong namun terang karena terdapat banyak jendela berukuran besar terpampang di setiap sisi tembok koridor, semacam istana. “Canada,” jawab Sooyoung singkat.

“Whoa, jeongmalyo? Di Canada, aku paling suka kota Victoria. Disitu adalah kota seni paling indah di Canada, geurojwo?” kata Jieun antusias. Sooyoung hanya mengangguk sambil tersenyum.

Sesampainya mereka di ujung koridor, terlihat sebuah lapangan luas yang dikelilingi oleh koridor lain lagi. Bedanya, kali ini suasana sangat ramai karena sebagian murid sedang berkumpul di lapangan sambil menggerombol. Dan di koridor tersebut banyak sekali kelas-kelas.

“Ada apa?” Tanya Sooyoung bingung melihat keramaian itu. “Oh, hari ini band andalan sekolah kami akan tampil. Jadi, yaa begitulah. Para fans-fans fanatic langsung berkumpul disitu,” kata Jieun menjelaskan.

Jeongmalyo?” Tanya Sooyoung. Sooyoung yang sangat tertarik pada music, hanya menatap lapangan itu, padahal ia sama sekali tidak bisa melihat seperti apa band itu.

Geureom. Seunghyun oppa, Jonghyun oppa, Yonghwa oppa, dan Jaejin oppa adalah personil band itu,” kata Jieun sambil mengangguk yakin. Mata Sooyoung terbelalak begitu mendengar nama oppa-nya disebut.

“Seunghyun oppa?” Tanya Sooyoung. Jieun mengangguk. Sooyoung langsung menarik tangan Jieun. “Kaja, kita berkeliling lagi,” kata Sooyoung mengajak Jieun untuk menjauh dari lapangan itu menuju gedung lain dari sekolah itu. “Memang kenapa, Soo?” Tanya Jieun bingung. “Gwaenchanhayo. Aku hanya tidak begitu tertarik dengan hal-hal berbau band,” kata Sooyoung berbohong. Jieun hanya mengangguk.

“Kelasmu dimana?” Tanya Jieun. “11-3. Kau bisa mengantarku ke kelas?” Tanya Sooyoung memohon. Jieun mengangguk yakin. “Itu kelasku juga. Kaja, kita ke kelas,” kata Jieun kemudian berjalan menuju kelasnya yang berada di sudut koridor lantai tiga diikuti oleh Sooyoung.

“Kau tahu? Kata orang, sekolah ini didirikan sekitar tiga puluh tahun yang lalu,” kata Jieun saat mereka sedang dalam perjalanan menuju kelas. “Jinjja? Neomu manhiya (Benarkah? Lama sekali),” kata Sooyoung menanggapi. Mereka sudah sampai di tangga lantai tiga saat ini, dan tak jauh dari tangga itu, terdapat sebuah pintu yang terlihat sangat lama tidak dibuka, bahkan debu-debu tebal menutupi pintu yang terbuat dari kayu jati itu.

“Ini ruangan apa?” Tanya Sooyoung. “Oh, kata kepala sekolah, kita tidak boleh membuka ruangan ini sama sekali. Meskipun hanya mengintip saja,” kata Jieun menjelaskan. “Waeyeo?” Tanya Sooyoung bingung.

“Aku sendiri tidak tahu. Tapi kata sunbae-sunbae yang lain, di ruangan ini pernah terjadi pembunuhan. Aku sih tidak percaya,” kata Jieun santai. Sooyoung menatap ruangan itu lama, kemudian mengangguk mengerti. “Kkaja, kita kembali ke kelas,” kata Sooyoung.

***

Sooyoung POV

Banyak yang ingin aku tanyakan dari sekolah ini. Sekolah bergedung tua yang sangat atraktif. Dan aku sangat menyukai misteri. Dan seperti inilah tempat yang aku cari.

Untung saja sudah ada Jieun yang mau berteman denganku. Aku benar-benar trauma ketika saat dulu di Canada aku dijauhi oleh teman-temanku karena kekayaan keluargaku. Mungkin ini terdengar lucu, tapi menurut orang-orang disana, keluargaku kaya karena korupsi.

Eomma-ku meninggal karena kecelakaan yang menimpanya satu bulan yang lalu. Dan pada saat itu, aku baru saja memenangkan kontes biola tingkat nasional di Canada. Sakit, memang. Setelah mengingat bahwa eomma-ku lah yang mengajarkanku main biola, aku semakin merasa sakit hati.

Kata orang-orang, kecelakaan yang dialami eomma-ku sangat tidak lazim karena setelah diperiksa semuanya, keadaan mobil yang dikendarai eomma biasa saja. Tidak ada kerusakan sama sekali. Anehnya, tubuh eomma-ku yang ditemukan dipinggir jalan raya, wajahnya sudah rusak bagaikan dirusak oleh sebilah pisau.

Sudahlah, aku sudah tidak mau memikirkan hal itu lagi. Itu justru membuatku semakin sakit hati. Oh, biar ku kenalkan eomma-ku. Eomma-ku bernama Jung—

“Sooyoung-ssi?” sapa Yang seonsaengnim yang membuatku tersadar dari lamunanku. Aku langsung mengerjap kaget, mengingat aku berdiri di depan kelas sekarang karena akan memperkenalkan diri pada setiap murid disini.

Ah, ne?” tanyaku sambil menggaruk tengkukku. Semua yang ada di dalam kelas hanya tertawa karena kebodohanku, tak terkecuali Jieun yang duduk di bangku paling depan.

“Silahkan perkenalkan dirimu,” kata Yang seonsaengnim sambil tersenyum ragu. Aku langsung membungkuk hormat kearah para murid di kelas 11-3 ini. “Annyeonghaseyo. Choi Sooyoung imnida. Aku pindahan dari Canada dan aku pindah kesini karena ini adalah mantan sekolah eomma-ku dua puluh lima tahun lalu, dan—“

“Berhenti berbicara dan cepatlah duduk,” teriak seorang namja yang membuatku merasa keringat dingin. Rasa takut ini? Ternyata semua sama saja. Mereka membenciku.

Kuyakini wajahku memucat. Sejujurnya tadi aku bingung mau bilang apa. Tapi… aku…

“Baiklah, Sooyoung-ssi. Kau boleh duduk di sebelah Kyuhyun yang berambut coklat itu,” kata Yang seonsaengnim sambil menunjuk kearah namja yang terduduk di ujung ruangan sambil melukis sesuatu diatas kertas yang ada di atas meja milknya. “Seonsaengnim! Kenapa dari dulu kami ingin duduk di sebelah Kyuhyun, tapi Anda tidak mengijinkannya?” Tanya seorang yeoja berambut mahogany, protes. Seketika suasana kelas menjadi sangat ramai. Aku hanya bisa menunduk, karena aku tidak tahu harus berbuat apa.

“Semuanya diam!” Seketika suasana kelas menjadi sangat hening seperti berada di kuburan. Aku langsung mendongakkan kepalaku, dan yeoja yang tadi protes itu menatapku tidak senang. Aku hanya menelan ludah menerima tatapannya yang dingin itu.

Gwaenchanhayo, Sooyoung-ssi. Kau boleh duduk disana,” kata Yang seonsaengnim. Aku hanya mengangguk sopan, dan berjalan kearah tempat duduk yang ditunjuk oleh Yang seonsaengnim itu. Tapi saat aku berjalan, tiba-tiba sebuah kaki menyandungku sehingga aku terjatuh diatas lantai yang terbuat dari marmer itu.

“HAHAHAHA,” tawa orang-orang sekelaspun pecah. Jieun yang sedaritadi duduk ditempatnya langsung berlari mendekat kearahku dan membantuku berdiri.

***

Author POV

Melihat Sooyoung terjatuh, semua siswa yang ada di dalam kelas itu tertawa senang, dan itu mengganggu konsentrasi Kyuhyun yang sedang menggambar diatas kertas gambarnya. Kyuhyun mendongakkan wajahnya, dan ia melihat Sooyoung sedang duduk tersungkur diatas tanah bersama Jieun yang membantu Sooyoung berdiri.

Kyuhyun hanya diam. Dia tidak tahu harus berbuat apa. Kalau ia tertawa, mungkin itu terlalu kejam untuknya.

Kyuhyun kembali memusatkan konsentrasinya pada kupu-kupu yang berada diatas kelopak bunga mawar disamping jendela itu, yang adalah inspirasinya untuk menggambar saat itu. Namun sayang, kupu-kupu itu sudah menghilang karena keributan yang dihasilkan oleh kelas 11-3 tersebut.

“Ck,” Kyuhyun mendecak sebal. Padahal  sketsa gambarnya sudah nyaris selesai. Ia membanting pensilnya keatas meja dan melipat kedua tangannya di depan dada, saat Sooyoung berjalan menuju bangku kosong yang ada di samping Kyuhyun.

Kyuhyun menatap yeoja itu bingung. ‘Mata yang indah, kulit yang mulus, dan kaki yang panjang. Benar-benar cantik,’ batin Kyuhyun namun ia segera memalingkan wajahnya menatap jendela karena ia terlalu malu duduk sebangku dengan yeoja itu.

Sedangkan Sooyoung, ia merasakan nyeri di kakinya. Kakinya memar karena terjeduk keras diatas lantai marmer yang keras seperti batu itu. Sooyoung berusaha tidak mempedulikan Kyuhyun, dan ia langsung mengeluarkan sebuah notebook miliknya yang akan dijadikan ‘catatan’ selama ia bersekolah di Girin Art High School ini.

***

Sooyoung POV

Gwaenchanhayo, Soo? Apakah ada yang luka?” Tanya Jieun khawatir saat aku dan ia sedang dalam perjalanan menuju kantin. Aku tersenyum kecil kemudian menggeleng. “Dasar murid-murid aneh. Aku yakin mereka cemburu dengan kecantikan dan kekayaanmu, Soo,” kata Jieun meledek para murid itu. Aku hanya diam.

Kami berjalan menuju kantin yang berada di lantai satu, tepatnya di belakang gedung. Sesampainya kita di kantin, kami langsung mengambil jatah makanan kami, kemudian duduk di salah satu bangku kosong yang berada di tengah-tengah kantin.

Kami mulai memakan jatah makanan kami masing-masing. Tak berbeda denganku, ternyata Jieun banyak makan juga. “Ternyata makanmu banyak juga,” kataku sambil tersenyum kearahnya. Jieun tersenyum, kemudian mengangguk. “Begitulah. Rasanya berat kalau tidak makan lima jam sekali,” jawab Jieun.

Tiba-tiba rasa penasaran menjalar ditubuhku saat aku melihat seorang namja yang sangat aku ketahui, sedang berjalan masuk kedalam kantin bersama dengan salah seorang chingunya. Seperti biasa, tatapan matanya yang tajam nyaris membuatku bergidik ngeri.

“Cho Kyuhyun itu…” gumamku. Jieun melayangkan pandangannya kearah Kyuhyun, kemudian mengeryitkan dahinya. “Ada apa?” tanyaku bingung dengan ekspresi Jieun saat matanya menatap Kyuhyun.

“Tidak apa-apa,” jawab Jieun kemudian kembali menyantap makanannya. Aku mengerutkan keningku samar. Setelah yakin bahwa benar-benar tidak ada apa-apa, aku langsung mengangguk pelan dan kembali menyuapkan sesendok nasi goreng kimchi ke dalam mulutku.

“Bagaimana, Soo?” Tanya Jieun yang membuatku menatapnya bingung. “Maksudku, bagaimana rasanya duduk sebangku dengan Kyuhyun?”

Aku hanya diam dan menatap namja yang saat ini duduk tak jauh dariku, yang sedang duduk tenang di bangku kantin sambil mempersiapkan peralatan makannya.

“Dia namja yang misterius,” jawabku tanpa mengalihkan perhatianku dari namja yang memasang ekspresi dingin itu. “Hm. Begitulah. Tapi meskipun begitu, dia salah satu murid teladan di pelajaran melukis. Lukisannya bisa dibilang melebihi batas,” kata Jieun menerangkan.

Aku menatap kearah Jieun dan mengerutkan dahiku lagi. Kenapa tiba-tiba aku membicarakannya? “Ah, arasseo,” jawabku kemudian menyantap kembali makananku.

Saat aku sedang asyik menikmati makananku, tiba-tiba aku mendengar ada suara seorang namja berteriak, “Seunghyun hyung sedang menuju ke kantin!”

Aku membelalakkan mataku. Aku menoleh ke kanan dan kiri, bingung bagaimana caranya aku bisa menyembunyikan diriku dari oppa-ku yang bermata tajam seperti elang itu. Aku tahu jelas, bahwa oppa-ku sangat mudah menemukan orang yang ia cari. Dan aku tidak mau menjadi orang yang ia cari itu.

Seketika pandanganku tertuju kearah jaket Jieun yang ada di atas meja. Aku menatap kearah Jieun dengan gerakan cepat. “Jieun-ah, bisakah aku meminjam jaketmu? Aku tidak enak badan dan… tubuhku kedinginan.”

Jieun menatapku bingung, kemudian memberikan jaketnya ragu padaku. “A-arasseo,” katanya. Aku tersenyum lemah kemudian mengangguk, dan memakai jaket itu.

Aku memakai hoodie jaket berkain satun itu, guna menutupi wajahku, kemudian menunduk, menatap makananku. Jebal, oppa. Kumohon jangan mencariku.

Saat aku sedang menunduk—dan sedikit berdoa supaya Seunghyun oppa tidak menemukanku—tiba-tiba aku merasakan sesuatu yang aneh. Kakiku serasa dibelai oleh sesuatu. Aku menggerakkan kakiku cepat, takut jika mungkin saja itu adalah binatang atau serangga.

Namun tiba-tiba aku merasakan ada sesuatu terasa perih di betisku. Aku mundur, agar bisa melihat kakiku, dan benar saja. Betis kananku seperti tergores sesuatu dan mengeluarkan darah. Apa ini? Kenapa ada luka disini? Seingatku aku tidak tergores apapun daritadi.

Aku mengambil tissue yang ada di atas meja, kemudian membasuh darah yang keluar dari luka goresan yang lumayan dalam itu. “Ada apa, Soo?” Tanya Jieun ikut mengintip dibawah. Aku hanya tersenyum kecil. “Tidak apa-apa. Lanjutkan saja makananmu,” kataku.

Tiba-tiba teriakan terdengar jelas dari seluruh sudut kantin, membuatku dan Jieun memincingkan mata karena terkejut, dan aku langsung menoleh kearah pandangan setiap murid-murid yang ada di dalam situ. Seunghyun oppa dan teman-temannya sedang berjalan di lorong kantin, dengan mata tajamnya yang menyapu setiap sudut kantin. Aku langsung memalingkan wajahku cepat. Menunduk lagi, kemudian memakan makananku cepat.

“Terkadang aku berpikir bahwa apa sebenarnya keahlian dari keempat namja itu. Walaupun aku yakin bahwa sebenarnya mereka berwajah tampan dan mempunyai keahlian yang ya… bisa dibilang lumayan,” kata Jieun sedikit berteriak karena suaranya tenggelam oleh suara teriakan para fans labil itu.

“Tampan?” tanyaku, kemudian tersenyum evil. “Hei! Kau tahu! Seringaianmu barusan, sangat mirip dengan seringaian Seunghyun oppa. Tatapan matamu, caramu tersenyum, sungguh-sungguh mirip! Apa kalian kakak adik?”

Aku mendongakkan wajahku dan menatap Jieun bingung. “Kenapa kau lucu sekali? Mengenalnya saja aku belum pernah,” kataku sambil tertawa kecil. “Benarkah?” Tanya Jieun polos. Aku tersenyum dan mengangguk.

***

Saat aku dan Jieun sedang berjalan menuju kearah kelas dan kami sedang menaiki tangga lantai tiga, lagi-lagi kami harus melewati depan pintu gudang yang ‘sama-sekali-tidak-boleh-dibuka’ itu. Mau bagaimana lagi, hanya melewati gudang itulah satu-satunya jalan menuju kelasku yang  ada di ujung ruangan lantai tiga.

Dan lagi-lagi, melewati ruangan itu membuatku semakin penasaran. Sebenarnya ada apa? Kenapa? Dan sejak kapan, ruangan itu tidak boleh dibuka sama sekali itu? Terkadang pikiran-pikiran jelek mulai terputar di otakku, namun dengan segera kutepis karena, yah… imajinasiku terkadang memang suka melebihi batas.

Aku menghentikan langkahku di depan pintu gudang itu, dan mau tak mau, Jieun yang sedaritadi bersamaku juga menghentikan langkahnya.

“Waeyeo, Soo?” Tanya Jieun sambil menatap kearah pintu gudang itu. Aku tidak mengacuhkan pertanyaannya. Aku masih tetap diam, dan menatap pintu itu dalam.

Tak lama setelah itu, aku langsung sadar dari lamunanku dan menatap kearah Jieun yang berdiri disampingku. “Kkaja, Jieun-ah. Lebih baik kita cepat kembali ke kelas, sebelum bel sekolah berbunyi,” ajakku dan menggandeng lengan Jieun.

Jieun mengangguk, kemudian mengikutiku ke dalam kelas.

***

06:47 PM

Author POV

Bel pulang sekolah sudah berbunyi. Semua murid berseragam biru-pink-putih berhamburan keluar dari dalam kelasnya masing-masing, bergegas untuk pulang atau melanjutkan kegiatan mereka masing-masing. Berbeda dengan Sooyoung, yeoja itu hanya menatap ujung bolpoin-nya kosong sambil menghela nafas. Membuat namja yang duduk disebelahnya hanya bisa menatapnya bingung.

“Soo! Kau tidak pulang?” Tanya Jieun. Sooyoung menoleh kearah yeoja imut itu kemudian tersenyum tipis lagi. “Tidak, kau pulang duluan saja,” jawab Sooyoung.

“Kau yakin, Soo? Kau sudah hapal jalan ke pintu gerbang, kan? Jangan sampai tersesat dan kembalilah kerumah dengan selamat,” kata Jieun kemudian melambaikan tangannya sambil tersenyum. Sooyoung mengangguk dan tersenyum, kemudian melambaikan tangannya kearah Jieun.

Sepeninggal Jieun, lalu Kyuhyun bangkit berdiri, sudah dalam posisi membawa tas ranselnya dan menapakkan kaki keluar dari dalam kelas. Dan kini, hanya tersisa Sooyoung saja yang ada di dalam kelas.

Setelah yakin bahwa sudah tidak ada siapa-siapa lagi di dalam kelas, Sooyoung baru memberes-bereskan buku-bukunya. Dari awal, ia memang paling suka begini. Pulang ketika kondisi kelas sudah kosong.

Tak lama kemudian, Sooyoung sudah akan bersiap-siap beranjak dari tempat duduknya dan akan berjalan keluar, saat ia melihat seseorang sedang berdiri di depan pintu gudang yang tersegel rapat itu. Seorang yeoja, memakai seragam, namun seragam yang berbeda dengan seragam Sooyoung saat ini. Seragam yang dikenakan yeoja itu terkesan tradisional, bisa dilihat dari roknya yang polos—tidak bermotif seperti milik Sooyoung, dan juga warna seragam yang kusam.

Sooyoung mengernyitkan keningnya heran. Ia jelas-jelas heran. Bagaimana yeoja ini bisa masuk? Bukankah keamanan di sekolah ini sangatlah terjaga? Bagi orang-orang yang tidak memiliki kartu pelajar atau kartu identitas, tidak boleh masuk kedalam gedung. Dan Sooyoung sudah tahu itu.

“Jogi, geunde—“ Perkataan Sooyoung terputus saat yeoja itu menoleh, dan matanya yang hitam pekat bertatapan langsung dengan mata Sooyoung.

Sooyoung tercekat. Ini adalah tatapan paling tajam yang pernah ia lihat. Ia tidak pernah melihat tatapan setajam ini. Kalau tatapan Kyuhyun memang bisa dibilang sangat tajam, namun tatapan yeoja ini jauh lebih tajam dari sebilah pisau yang mampu menyayat kulit setebal apapun.

Sooyoung terdiam. Ia seperti telah terhipnotis. Tatapannya berhenti pada satu titik, kornea mata yeoja itu yang memancarkan kesedihan dan balas dendam. Sooyoung masih terbelalak. Ia sama sekali tidak bisa memalingkan pandangannya dari tatapan yeoja itu.

Sooyoung mengedipkan mata, dan saat ia membuka matanya kembali, yeoja itu menghilang.

Jelas Sooyoung terenyak. Apa-apaan ini? Salah satu gurauan orang-orang yang tidak suka padanya kah? Apakah ini kerjaan Krystal? Chansung? Jiyong?

Sooyoung menoleh ke sekeliling, berusaha mencari yeoja yang tadi melemparkan tatapan tajam padanya. Namun Sooyoung sadari bahwa itu hanya khayalan matanya semata. Jelas tidak ada makhluk se-menyeramkan itu.

Sooyoung menghela nafas dan mengelus dadanya. Ia memantapkan mental, kemudian berjalan menuju pintu gerbang untuk pulang.

Namun saat di dalam sebuah koridor yang menghubungkan gedung sekolah dengan gedung dimana terdapat lobi dan pintu gerbang, lampu koridor itu tiba-tiba mati dan itu membuat Sooyoung tersentak. Sooyoung mengedarkan pandangannya ke segala arah. Apa-apaan ini. Kenapa gurauan para orang-orang itu lucu sekali? Khayalan? Oh, tolonglah. Ini jelas-jelas lampu mati.

Sooyoung berusaha untuk tidak mempedulikan apapun, kemudian kembali berjalan menuju pintu gerbang. Langkahnya kali ini ia percepat, karena sejujurnya ia merasa waswas dan ada sesuatu yang tdak beres.

Tetapi tiba-tiba sebuah benda menghalangi jalan dan menubruk Sooyoung, dan itu membuat Sooyoung terpekik sedikit. Dan tak lama kemudian, lampu koridor menyala kembali dan Sooyoung sadari bahwa orang dihadapannya adalah Kyuhyun, teman sebangkunya.

“Oh, kkamjakkiya,” gumam Sooyoung sambil mengelus dada. Ia menatap kearah Kyuhyun bingung. “YA! Kenapa kau mengagetkanku begitu!”

Kyuhyun hanya diam. Kedua tangannya ia jejalkan di saku seragam celananya, dan ia menatap wajah Sooyoung dengan pandangan seperti biasa, tajam. “Kenapa kau pulang jam segini?”

Sooyoung memiringkan kepalanya heran, dan mengernyitkan dahinya. “Mworago?” Kyuhyun tersenyum sinis. “Kau mau mencuri lukisan-lukisan disini, ya?”

Sooyoung melongo. Kenapa namja ini berpikiran yang aneh-aneh? “Eo? YA! Apa alasanmu menuduhku seperti itu!” kata Sooyoung tidak terima. Kyuhyun menatap Sooyoung dengan dahi berkerut samar, kemudian mengangkat bahu. Tanpa berkata apa-apa lagi, Kyuhyun langsung kembali berjalan masuk kedalam gedung sekolah.

“Lho? Hei, ya! Kau mau kemana?” Tanya Sooyoung bingung. Ia menoleh kearah Kyuhyun yang berjalan cepat meninggalkannya. “HEI! Jangan-jangan kau yang mematikan lampu tadi, ya?” Tanya Sooyoung, mencurigai Kyuhyun atas kejadian lampu mati tadi.

Kyuhyun menghentikan langkahnya. Ia memutar badannya dan menatap kearah Sooyoung bingung. “Hah?”

“Kau yang mematikan lampu tadi, kan?” tuduh Sooyoung sambil mengacungkan jari telunjuknya kearah Kyuhyun. Kyuhyun menyipitkan matanya, kemudian tersenyum kecut. “Mati lampu? Sejak kapan mati lampu? Dengar ya, Choi Sooyoung. Sekolah ini sekolah mahal. Tidak mungkin mati lampu disini kalau ada generator di setiap ruangan. Apa kau berhayal?”

Sooyoung tersentak. Jelas-jelas tadi mati lampu, lantas? Apa itu tadi? Apakah itu hanya bayangannya saja? “Kau yakin? Tapi barusan—“

“Sikkeureo! (Berisik!),” teriak Kyuhyun membuat Sooyoung menghentikan perkataannya. Kyuhyun menghela nafas. Ia kembali berputar balik dan berjalan masuk lagi kedalam gedung sekolah.

Sooyoung mengerutkan dahinya samar. Ia kembali menoleh kearah Kyuhyun, dan melirik kearah jamnya. Sudah jam tujuh malam. Ia kembali menatap Kyuhyun.

***

Kyuhyun POV

Dasar yeoja aneh. Dia bilang tadi mati lampu? Padahal jelas-jelas lampu sedang terang benderang. Atau kejiwaannya yang agak labil?

Aku berjalan kearah tempat dimana aku selalu menuangkan hobiku, setiap pulang sekolah. Entah jika sekolah masih ramai atau sudah sangat sepi, aku akan tinggal di tempat ini dan melukis seharian, sampai aku benar-benar aku baru akan pulang. Ruang melukis yang ada di sudut gedung lantai satu.

Terkadang aku pulang pukul Sembilan malam, jika aku sudah ada disini dan melukis. Melukis adalah hobiku, dan aku merasa bahwa aku tidak bisa hidup tanpa melukis.

Choi Siwon adalah inspirasiku. Ya, aku mengetahui namanya, karena dia adalah salah satu pelukis terkenal yang ada di Korea. Saat ini dia masih hidup, dan ketika aku melihat di internet, bahwa istrinya meninggal satu bulan yang lalu di Canada, aku turut prihatin.

Sampai juga akhirnya aku di depan pintu ruang melukis. Tanpa ragu aku membuka pintu itu, namun saat aku akan masuk, aku merasakan ada sesuatu dibelakangku. Bingung, aku menoleh ke belakang dengan gerakan lambat. Tidak ada siapa-siapa di sekitarku.

Saat aku menapakkan kakiku, aku mendengar suara derapan langkah kaki yang berbunyi dalam ketukan pelan. Semakin lama semakin mendekat. Aku menoleh ke kanan dan kiriku. Tidak ada siapa-siapa. Namun saat aku menoleh lagi, aku melihat Sooyoung sedang berdiri di seberangku dengan rambut panjangnya yang ia rapikan hingga terlihat seperti sadako. Aku mendecakkan lidah dan bersandar pada kusen pintu, kemudian melipat tanganku di depan dada.

“Kau memang tidak pandai berakting, Soo,” kataku. Sooyoung yang awalnya menunduk, langsung mendongakkan kepalanya hingga kepalanya sedikit terlihat dari balik rambutnya. “Ne?”

Aku tertawa kecil. “Apa yang kau lakukan disini?”

“Eo? Hm… aku hanya penasaran saja, haha,” jawab Sooyoung innocent. Aku hanya tertawa sekali kemudian masuk kedalam ruang melukis, dan Sooyoung mengikutiku.

“Kenapa kau mengikutiku?” tanyaku sambil menaruh tasku diatas meja terdekat, kemudian menoleh ke belakang dan menatap Sooyoung. “Karena aku ingin tahu. Aku kan sudah menjawabnya tadi,” jawabnya polos. Lama-lama aku kesal juga.

Aku memilih untuk tidak menganggapnya dan mencuci tanganku di wastafel. Sementara Sooyoung sedang melihat-lihat.

Saat aku membalikkan badanku aku melihat Sooyoung akan menyentuh sebuah lukisan. “YA!” teriakku tidak terima. Ia tersentak dan segera membalikkan badannya, dan menatapku terkejut. “Ah, wae?”

“Jangan sentuh apapun, ara?” tanyaku tegas. Ia menatapku bingung, kemudian menjauhkan tangannya dari lukisan itu, dan mengangguk pelan.

Aku berjalan mendekat kearah tasku, kemudian mengeluarkan sebuah tempat berbentuk kotak yang hanya berisi kuas, kemudian mengambil salah satu kanvas yang tersedia di laci ruangan, lalu berjalan kearah dekat jendela. Aku ingin melanjutkan lukisanku yang  belum jadi.

“EO? Kau pelukis?” tanyanya saat aku menaruh cat minyak diatas pallet. Aku menoleh kearahnya dan tersenyum tipis, kemudian mencampur cat minyak itu dengan air, dan memoleskan berbagai macam warna di alat lukisku.

“Bisa dibilang begitu,” jawabku singkat. Aku lebih memusatkan konsentrasku pada lukisan bergambar abstrak di depanku. Sooyoung membungkuk, kemudian menatap gambarku secara detail.

“Gambar macam apa ini. Tidak berbentuk sama sekali. Seharusnya, kalau kau mau menggambar abstrak itu, kamu harus menyesuaikan diri dengan perasaan dan mood mu saat ini. Kalau perasaanmu tidak campur dengan gambar abstrak yang kau lukis, maka percuma saja. Bukannya terlihat indah, tapi lukisan ini jadi terlihat seperti awuran,” kata Sooyoung menjelaskan. Aku mendongak dan menatap wajahnya yang sedang menatap lurus kearah lukisan.

“Dari mana kau tahu semuanya?” tanyaku bingung. “Ayahku pelukis,” jawabnya sambil menatapku. Aku memiringkan kepalaku. “Jeongmal? Siapa namanya?”

“Kurasa kau pasti akan mengenalnya, karena ia sangat terkenal. Dia alumni sekolah ini juga, maka ia menyuruhku untuk melanjutkan sekolah disini,” kata Sooyoung. “Namanya Choi Siwon. Kau tahu, kan? Lukisannya yang ada di lobi itu, adalah salah satu karyanya.”

Aku tersenyum kecut. “Ei… jangan bercanda.”

Sooyoung yang tadi terlihat ceria, langsung menatapku serius. “Apakah wajahku menunjukkan bahwa aku bercanda? Aku serius! Tapi aku membencinya.”

Aku menoleh kearahnya lagi yang saat ini menatap lurus ke luar jendela. “Wae?” tanyaku bingung. Sooyoung menghentikan lamunannya dan menatapku, kemudian tersenyum. “Anniya,” jawabnya berbohong.

Jelas aku tahu bahwa ia berbohong. Itu bisa terlihat jelas dari tatapan matanya. Namun lagi-lagi ia memandang keluar jendela. Sebenarnya apa yang ia lihat? Tatapannya kosong. Aku menoleh kearah tatapan matanya. Tidak ada apa-apa.

***

Sooyoung POV

“Tapi aku membencinya,” kataku singkat kemudian memandang keluar jendela. Betapa terkejutnya aku melihat yeoja itu. Yeoja yang tadi ada di depan gudang lantai tiga. Matanya hitam pekat menatapku dengan tatapan penuh dendam. Lagi-lagi tatapanku terkunci pada tatapannya.

“Wae?” Tanya Kyuhyun menghentikan lamunanku. Aku mengedipkan mataku dan menatap Kyuhyun. “Anniya,” jawabku berbohong.

Sebenarnya aku sangat membenci appa-ku. Dia menceraikan eomma, karena ia tidak ingin punya anak perempuan. Ia ingin mempunyai anak laki-laki. Dan ketika aku lahir, appa langsung membuangku dan eomma ke Canada, untuk memulai hidup sendiri.

Karena itulah, aku sudah tidak pernah hidup tanpa ayah. Teman-temanku di Canada sering mengejekku anak haram, karena mereka tidak pernah mengetahui bahwa aku punya appa. Padahal, appa-ku sedang ada di Korea, bersenang-senang dengan anak lelakinya, Choi Seunghyun, menikmati kekayaan mereka.

Hingga akhirnya eomma meninggal, dan aku terpaksa harus kembali pulang ke Korea karena ini adalah permintaan appa. Appa-ku yang jahat, appa-ku yang tidak berperasaan. Ia menikah lagi, jauh-jauh hari sebelum eomma-ku meninggal.

Appa-ku, Choi Siwon. Terlihat sangat membenci eomma-ku, Jung Sooyeon.

Aku kembali menatap keluar jendela. Yeoja itu masih ada disitu. Ia masih tetap menatapku dengan pandangan mengerikan. Sebenarnya siapa dia?

“Ada apa?” tanyanya bingung. Akupun tersadar dari lamunanku, dan menatapnya kemudian tersenyum. “Anniya,” jawabku.

Tiba-tiba lampu mati begitu saja. Aku menoleh ke kanan dan kiri. “Kyu?” sapaku. “Tenanglah, Soo. Tunggu sebentar. Aku akan mengambil senter,” kata Kyuhyun. Aku mengangguk.

Disini gelap sekali. Benar-benar gelap. Rasanya seperti sedang menutup mata, karena aku tidak bisa melihat apa-apa, padahal ini baru jam tujuh malam.

Tiba-tiba aku mendengar bunyi derap kaki di hadapanku, dan aku juga merasakan ada seseorang berjalan mendekat kearahku. Aku memundurkan langkahku perlahan, perlahan, sampai aku merasakan aku menginjak sesuatu. Sesuatu itu… terasa kenyal dan… berair.

Aku langsung melonjak kaget dan menjauh dari situ, namun tiba-tiba cahaya senter mengarah kearahku. Aku menoleh kearah cahaya senter itu. Ada Kyuhyun.

“Kyu!” teriakku dan berlari mendekat kearahnya. “Waeyeo, Soo?” tanyanya, “Kau takut, ya?”

Aku memukul bahunya keras hingga ia memekik kecil. “Cepat bawa aku keluar dari sini,” kataku memohon. “Tapi… aku belum selesai melukis.”

“Terus kau mau menunggu berapa lama sampai lukisanmu selesai, ha? Cepatlah, aku ingin pulang,” kataku. Kyuhyun menatapku bingung, kemudian mengangguk. “Arasseo,” katanya pada akhirnya.

Entah kenapa aku merasakan ada sesuatu yang aneh selama Kyuhyun membereskan barang-barangnya. Aku berulang kali menoleh ke kanan dan  ke kiri, merasa waswas. Setelah Kyuhyun membereskan barang-barangnya, aku langsung menariknya keluar dari gedung sekolah.

Tak butuh waktu lama bagi kami untuk keluar dari gedung sekolah yang gelap itu. Sekitar tiga menit kemudian—itupun membutuhkan waktu bagi kami untuk menyusuri jalanan di sekolah yang seperti labirin—aku dan Kyuhyun sudah ada di jalan raya depan sekolah.

Berulang kali aku menoleh ke belakang karena aku merasakan seseorang mengikutiku, namun langsung kubuang pikiran jelek itu dan tetap menghadap kedepan.

“Kau pulang naik apa?” Tanya Kyuhyun. Aku mendongak menatap wajahnya. Cahaya sudah terang karena penerangan jalan yang lumayan terang, jadi Kyuhyun mematikan senternya. Benar juga. Aku pulang naik apa?

“Nan mollayo,” kataku. Kyuhyun mendecak. “Rumahmu dimana?” tanyanya. Aku diam, berpikir sejenak. “Seongbuk-dong,” jawabku menyebutkan kompleks rumah appa-ku. Kyuhyun melongo.

“MWO? Kompleks rumah-rumah mewah itu?” Tanya Kyuhyun. Aku memandangnya dan mengangguk. “Kau benar-benar anak Choi Siwon?” tanyanya lagi. Aku menatapnya sebal, dan berkacak pinggang. “Semua orang bilang bahwa wajahku mirip dengan appa-ku. Tapi kenapa kau tidak percaya!”

Kyuhyun mengangguk-angguk. “Arasseo, arasseo. Aku percaya padamu.”

TBC

***

[P.S]
Bagaimana part satunya? Haha.
Ini masih belum seberapa lho.__.
Di part-part yang lainnya, mungkin lebih
menyeramkan dari ini. Tapi tenang,
masih ada Romancenya kok 🙂

Don’t forget to RCL ya!
SIDERS GO AWAY PLEASE!
I really do love my active readers 🙂
Thankyou :*

85 thoughts on “The Last Tear [Part 1]

  1. first kah? kalo ngga juga ga apa-apa deh

    Kyaaaaa aku bener-bener suka sama FF ini
    Mmm, jadi Sooyoung anaknya Jessica yaa?

    penasaran tingkat dewa nih,
    ditunggu part 2 nya yaa 🙂

    Hwaiting~ ^^

  2. serem chingu, merinding, aku penasaran apa yg akan dilakukan oleh hantu itu
    ditunggu part selanjutnya 🙂

  3. Serius thor!
    Aku nggak berani baca sendirian dikamar..
    Dendamnya tiffany itu bener2 bikin merinding.
    *aku jadi takut nulis nama tiff..

    Nggak tau mau bilang apa thor..
    Mau bilang lanjut,aku takut..
    *Author: derita loe!
    Tapi penasaran ku mengalahkan rasa takut thor..
    Jadi keputusannya…
    LANJUT THOR..

    • haha sabar yaa chingu 😀
      tiffany aslinya kan baik, huehehe.

      wah, speechless ya?:O
      mianhae bikin takut TT

      arasseo!
      akan aku lanjutkan^^
      kamsahamnida uda komen *peluk*

  4. Huwaaaa baguSsss banget ceritanya
    Horor’a dapet bnget,gag bisa bayangin kl qw ngeliat yeoja yg diliat soo eon
    Huwaaa ternyata soo eon anak’a siwon ma jessica n knp y ko siwon gag mau punya anak prempuan,apakah ada hubungan’a dgn balas dendam tiffany???
    Serem’a dpt n tragis’a jg dpt pas jessica ma kawan’a ngebunuh tiffany
    Pokok’a nie FF horor yg bagus

  5. Sereeem eonn sebenernya aku twch tkt ma yg berbau horor2 tp penasaran jd pas da adegan yg serem2 d lewat aja abis tkt sich tp aku tetep bca walaupun yg serem2 nya gk d baca lanjut cerita nya eonn~

  6. Merinding bacanyah…TT_TT
    Fanny kenapa benci sama soo unnie?
    Karna soo unnie anaknya siwon?
    Ahhhh!! Seru bgt!!! Daebaaaakkkk!!!!
    Kyuppa masa ga percaya soo unnie anaknya siwon.. Terlalu…
    Ah! Daebak! Ditunggu lanjutannya! Hwaiting eonni! (ง•̀⌣•́)ง

  7. jadi eomma soo unnie tu jessica ya???
    merinding bacanya, bakalan ada balas dendam nih,
    d.tunggu part selanjutnya 🙂

  8. ah, Daebak!

    Ini nanti sadis apa nggak thor?
    Ehm, fany nnti jgn2 balas dendam ke soo eon?

    Aduh gawat! Kyuppa jaga eonniku ya..!

  9. aigoo.. keren bgt
    ada horror nya..
    aduh.. kasian bgt fany.. mulutnya smpe robek
    soo anaknya jessica, fany mau balas dendam sma soo yah??
    omoo~ kyuppa jaga eonnie ku yah ..
    daebak (y) 😀 🙂

  10. wuiihh ceritanya serem banget chingu
    jadi sooyoung tu anak jessica
    dan tiffany menghantui sooyoung?
    kasihan tifanny disiksa n dbunuh ama jessica
    pokoknya ffnya daebaklah chingu
    lanjut part 2nya chingu ^_^ 🙂

  11. Benar” misterius. . . .

    Apa Siwon oppa udah tau kalo jessica yang ngebunuh Tiffany. . .

    Hub KyuYoung makin dket aja nih. .

    Penasaran bnget. ,
    next part’a jngan lama” ya. .

  12. Merinding baca ceritany
    Sooyoung anakny Jesicca
    Jngn2 Tiffany bls dendam ke Sooyoung T_T mengerikan sekali
    Tapi aku suka ceritanya 😀
    Next Par yang tambah serem

  13. kyaaa..
    jadi merinding bacanya unnie..

    eh jadi soo itu anaknya siwon ama jessica yaa..
    wah pasti hantunya tiffany kagak seneng tuh ama soo unniee

    ..kyaa,,jadi terbawa suasana unnie bacanya

    lanjut unnie

  14. marathon td baca langsung sma teasernya, tp langsung komen disini aja ya, Thor 😀
    ituu adegan pembunuhannya, mengerikan sekalii..
    dan yeah, kematian Jessica eonni sepertinya ulah Tiffany eonni ya? atau bukan?
    dan Siwon oppa gak mau punya anak perempuan mngkin tau nanti anaknya bkal dihantuin sma Tiffany eonni? mungkin..
    Choi Seunghyun oppa, knp partnya cedikiit disini? *yaiyalah kan fic kyuyoung –”
    Author hebat bgt bkin fic horror, dapet bgt merindingnya td, Thor..
    ditunggu part selanjutnya ya, Thor.. asap and hwaiting! 🙂

    • ah ne^^
      iyaa memang adegan pembunuhannya sengaja aku bikin sadis huehe.
      mungkin iya? mungkin tidak? hehe.
      Seunghyun oppa ada disini sama aku :p *eh
      jeongmal? hehe kamsahamnida^^
      FIGHTING!

  15. saeng keren bgt!! jadi soo itu ternyata anaknya jessica yg dulu bunuh tiffany. huwaa.. dan tiffany muncul untuk balas dendam… huwaa… blum serem kok ini. part slanjutnya lbh serem ya? fighting… ^^9

  16. paling gak suka adegan pembunuhannya…
    suka ngeri sendir iiiiiihhhhh apalgi pembunuhan sadis hiiii atut.
    kayak udah mulai ngerti jalan ceritanya hehe
    aduh gak sabar nuggu kelajutannya hehhe

  17. merinding.. masalahnya dendam kesumat nih,. ah jessica eommanya Soo eonni ya ? jgn” jessica dibunuh tifany.. sabar ya fany unnie gpp jdi setan yg pnting peran utama #eh ?
    makin penasaran.. ditunggu next partnya. Fighting!!!

  18. annyeong..
    Huaa,, penasaran banget ama ceritanya eonni..
    Jadi siwon itu ayahnya sooyoung.. Oohhh..
    Suka banget ama cerita horrornya..
    Ditunggu yah eonni cerita selanjutnya.
    Gomawo.. Hwaiting.. =)

  19. mianhae baru comment eon… aku baca ini setengah-setengah soalnya karena takut -_- ~Kkkk…

    keren banget eon 😀 nggak sabar nunggu part 2’nya… aku merinding juga baca ini… apalagi bagian soo ketemu fany :O
    dan omo…. sooyoung anaknnya won sama sicca ? ya ampun TT dan si sicca pasti meninggal karena dibunuh fany… tapi eon, kenapa fany nggak nggentayangin si TOP ? :O ah’ entahlah… yang pasti keren dan aku nggak sabar nunggu part 2’nya.. FIGHTING EON ! :))

  20. Annyeong annyeong

    walaupun ini terinspirasi dr film, pstix ini pke bhsa sndri donk.. kn film cma prckpn. ini ff horror k-3 yg qbca. tp dr 3 ff trsbut, bru ff inilah yg dpt feel horrorx wlupun cma sdkt

    sekian gomawo

  21. Yang membunuh jessica eonni itu siwon oppa atau fany oppa? Hanya menebak..
    Dan sepertinya siwon oppa tau bahwa sicaeonni pernah membunuh fany eonni!!

    Dan yg menggores kaki soonnie itu fany eonni? Huwaa, aku itu gampang banget takut dengan hal-hal yg horor dan berbau mistis, tapi tetep aja paksain baca, ya, kalau nonton sih, aku gak bakal mau. Kan kalau baca kita gak lihat.. Jadi, gak terlalu takut..

    Chingu, aku cuma mau bilang, kalau aku gak comment berarti aku gak baca, ya! Aku bukan siders, pasti yg pernah ku baca selalu ku comment, tapi kalau aku gak comment berarti aku gak baca, paling cuma lewat, dan merasa terlalu menyeramkan, aku bakal gak baca lagi, jadi aku mohon maaf dan mohon izin.. Boleh chingu?

  22. Huaa kok jessica eonni jahat ?

    Ternyata soo eonni anaknya jessica eonni y makanya hantunya ( tiffany ) mau bls dendam ke jessica eonni lewat soo eonni karna soo eonni anaknya ?
    *sok tau -_-

    Ceritanya seru aku ngak nyangka jessica sma siwon nikah tapi kasian jessica eonni sma soo eonni di usir 😦

    Lanjut ceritanya y author aku suka n,n walaupun ceritanya serem dan aku bacanya pas jam 1 pagi lagi :Dнë..нë:Dнëнë:Dнë..нë:D™

  23. Asikk ada laki gue ^^
    Aseli talent ini serem amat yakk . Untung bacanya kaga malem-malem yeee ..
    Eh iya itu tahunnya kayanya seharusnya 1988 deh talent . Kalo 87 jadinya flashback dong , dari desember 87 ke April 87 ..
    Itu Siwon ngusir Sica ama Soo apa karena dia udah tau ya kalo yg ngebunuh Fany itu si Sica ??
    Langsung lanjut deh ya , kalo bisa lebih sadis dan lebih serem *kaya berani aja bacanya .___.v*

  24. aigooooi,
    ngeri bgt, sumpah, aku merinding,
    eomma nya sooyoung ternyata jess,
    jangan.jangan matinya karna tiff blas dendam lagii,
    aigooo,
    ditunggu part selanjutnya chingu, jgan lama.lama yaa,

  25. Seruuu bangettt!! Horror nya dapet bangett!!
    Tiffany balas dendam ke jessica lewat sooyoung ya? Empat jempol deh buat author! 😀
    next part ditunggu (y)

  26. Annyeong.. baru muncul.. ckck

    Iiihhh serem banget Fany onnie.. masak fany onnie di potong bibir.a sieh, -_-

    Itu Fany onnie mau bales dendem ma Soo ya? kan biasa.a org yg punya dendam itu akan membalas.a pd anak.a *sok tau lo /plaakk

    Cbk tadi pas mati lampu Soo onnie meluk Kyuppa.. KYAA!!!!… *heboh sendiri

    Next part di tunggu FIGHTHING…!!!!!!

  27. Annyeong.. baru muncul.. ckck

    Iiihhh serem banget Fany onnie.. masak fany onnie di potong bibir.a sieh, -_-

    Itu Fany onnie mau bales dendem ma Soo ya? kan biasa.a org yg punya dendam itu akan membalas.a pd anak.a *sok tau lo /plaakk

    Cbk tadi pas mati lampu Soo onnie meluk Kyuppa.. KYAA!!!!… *heboh sendiri

    Next part di tunggu FIGHTHING…!!!!!

  28. eommany soo eonnie it jessica,,,
    kykny jessica it d bnuh ama arwahnya tiffany……
    mngkn siwon oppa udh tau klo yg ngebnuh tiffany it jessica mkanya wonppa bnci ama jessica……. *sok tau bgt*

    pnsran bgt nih ama klnjtannya…..
    next partnya d tnggu……..

  29. wih jadi sooyoung anaknya jessie? dan jangan bilang kalo hantunya itu tiffany? terus dia bales dendam ke sooyoung? hah horror thor .__.
    Nice fanficccc, next part ditunggu 🙂

  30. saeng, FF.mu bner2 bkin aku merinding
    sadis bgt si jessica
    tp wktu fanny udh jadi hantu, aku jd merinding

    next part d tnggu 🙂

  31. Tiffany eonni kasian 😦
    Ahh Sica eonni meninggal pasti krna pmblasan dendam fany eonni.
    Yeoja yg sring dilihat Syoo, Fany eonny kn?
    Seerruu saeng. Walau ak takut yg berbau darah.
    Tapi tak apa, demimu aku akan membacanya *ceilehh*
    Lanjut iya saeng. Maav ak baru mampir skarang ^^v

Leave a reply to Vhivhiknight Cancel reply