The Last Tear [Part 3]

Title: The Last Tear [Part 3]
Author: talentchrist
Poster: ShinStarKey (@nanonadiaaa)

Main Cast:
Choi Sooyoung “SNSD”, Cho Kyuhyun “Super Junior”,
Hwang Tiffany “SNSD”, Lee Jieun (IU)

Other Cast:
Choi Seunghyun “Big Bang”, Choi Siwon “Super Junior”,
Jang Wooyoung “2PM”, others.

Genre: Horror, Romance
Rating: PG+15, Teens, AU

Disclaimer: Choi Sooyoung, Cho Kyuhyun, and the other casts are
belong to theirself and God. Story and idea are belong to mine.
Don’t bashing or plagiat! Don’t be the siders please!
Sugen hater or siders go away!
Knights and good reader welcome :)

THANK YOU. KAMSAHAMNIDA. ARIGATOU GOZAIMASU. TERIMA KASIH.

***

Annyeong-annyeong chingudeul 🙂
Ada yang menunggu-nunggu kelanjutan fanfiction ini?
Sebelumnya saya minta maaf, kelanjutan “It’s Hurt”
untuk sementara aku pause dulu ya 🙂 habisnya
lagi kehabisan ide dan kata-kata -__- hoho.

Dan, eng-ing-eng!
Aku juga sangat-sangat berterimakasih kepada
para reader-reader setiaku yang mau komen di
part-part yang sebelumnya, aku benar-benar berterima kasih.

Banyak yang bingung, sebenarnya siapa
sih yang ngebunuh Yui? Disini aku jawab ya^^

Yang ngebunuh Yui itu hantunya Tiffany, hehe.
Kalau teka-teki yang lainnya, kalian tebak-tebak
sendiri ya.. karena kebenarannya akan diberitahu
nanti di part-part selanjutnya yang akan datang 🙂

Sebegitu saja, pembuka saya 🙂
Kumohon jangan dibash ya TT dan jangan jadi SIDERS
please 😦 I really do love my active readers 🙂

Dont forget to RCL^^
Thankyou 😀 *lari bareng Chanyeol*

***

The Last Tear

Kyuhyun POV

Ada apa sebenarnya? Kenapa Sohyun bertengkar dengan Sooyoung tadi? Setahuku, mereka sama sekali tidak dekat satu sama lain. Dan apa alasan mereka bertengkar?

Kusadari aku sudah salah membentak Sooyoung seperti tadi. Itu semua karena aku merasa bahwa dia sudah benar-benar keterlaluan. Padahal aku sama sekali tidak mengerti mana yang benar dan mana yang salah. Aku benar-benar bodoh. Dimana Sooyoung? Kurasa aku harus meminta maaf darinya.

Aku mengelilingi seluruh penjuru ruangan di sekolah ini. Aku tidak menemukan Sooyoung sama sekali. Apa dia benar-benar sakit hati dengan bentakanku tadi terhadapnya? Aku semakin merasa bersalah.

Tiba-tiba aku teringat salah satu tempat yang belum aku periksa. Laboratorium alam. Mungkinkah Sooyoung ada disana?

Aku langsung berlari kearah laboratorium alam yang terletak di balkon sekolah lantai tiga. Dan ketika aku sampai disana, aku menoleh ke kanan dan kiri mencari Sooyoung. Aku menghela nafas ketika aku menemukan Sooyoung sedang duduk menelungkup di sudut laboratorium alam.

Aku berjalan mendekat kearahnya, dan dia menangis. Kurasa aku benar-benar keterlaluan saat ini. Aku menghela nafas, dan berjongkok di depannya. Kutepuk bahunya pelan, dan tak lama kemudian Sooyoung menengadahkan wajahnya, menatapku. Aku menghela nafas lagi dan duduk di sampingnya dengan posisi yang sama.

“Kurasa memang disini tempat paling nyaman untuk menangis,” kataku memecah keheningan. Sooyoung membasuh air matanya cepat dengan punggung tangannya, kemudian menatapku. “Kenapa kau disini? Bukankah kau seharusnya ada bersama Sohyun dan menghinaku?”

Aku tersentak dengan jawabannya. Kenapa dia sensitive sekali. Oke, aku akui aku memang salah. Dan aku ingin meminta maaf saat ini. Tapi entah kenapa saat ia mengatakan kalimat terakhirnya itu, aku seakan-akan lupa apa tujuanku kesini.

“Maksudmu?” tanyaku bingung. “Kau juga akan menuduhku membunuh Yui, kan?” Tanya Sooyoung mencurigaiku. Aku menengadah ke langit-langit. Awan putih menghiasi langit biru yang menyelimuti kota Seoul pagi ini. Benar-benar pagi yang cerah.

“Aku akan menuduhmu kalau aku mau,” jawabku dan kembali menatapnya yang menatapku dengan mata sembapnya, “tapi sayangnya aku bukan tipe orang yang seperti itu.”

“Aku tahu, tidak ada gunanya menuduhmu seperti itu. Melihatmu tertekan dan merasa rendah itu sama sekali bukan tujuanku datang ke sekolah setiap hari,” kataku lagi. Sooyoung menatapku penasaran.

“Kau tahu? Baru kali ini dalam sejarah yang aku dengar, murid yang baru bersekolah selama tiga hari di sekolah barunya, langsung dibully habis-habisan dan dituduh macam-macam seperti itu,” kataku sambil tersenyum, kemudian menatapnya lagi.

“Kau adalah pemegang rekor tersebut,” lanjutku. “Terkadang aku merasa bahwa orang-orang yang membully-mu itu adalah orang-orang yang bodoh dan tidak berperasaan. Tapi memang itu kenyataannya, kan?”

Sooyoung yang sedaritadi mencoba menatap mataku, langsung tersenyum manis. Aku merasa terganggu dengan tatapan matanya yang menatapku seperti itu.

“Ya… yah! Kenapa kau menatapku seperti itu!” kataku mengibas-ibaskan tanganku. Sooyoung hanya tersenyum, kemudian menggeleng. Ia menatap kedepan, dan menutup matanya, merasakan sejuknya angin yang berhembus di atas balkon sini.

“Kurasa pendapat anak-anak lain tentang ‘Kyuhyun yang misterius’ itu benar-benar tidak laku dalam kamusku,” kata Sooyoung yang membuat alisku bertaut. Apa maksudnya? “Kurasa kau bukan orang yang seperti itu. Kau orang yang hangat dan pandai membuat hati orang menjadi tenang.”

“Menurutku mereka telah salah menilaimu. Tatapan matamu dan sikapmu memang terlihat dingin. Tapi sekali saja kau tersenyum, duniamu yang dingin itu serasa terbalik, dan kau berubah menjadi orang yang benar-benar hangat,” kata Sooyoung. Kenapa tiba-tiba pipiku memanas?

Keadaan kembali sunyi sejenak. Sooyoung sedang sibuk menatap kedepan dan aku sibuk menatap wajahnya. Kenapa ia terlihat berbeda dari kebanyakan yeoja lain? Baru kali ini aku menemukan yeoja seperti ini.

“Maafkan aku,” kataku memecah keheningan. Aku bisa melihat dari ekor mataku bahwa Sooyoung melihatku bingung. “Maafkan aku karena meninggalkanmu sendirian waktu itu. Kalau tidak, mungkin aku bisa menemanimu dituduh sebagai ‘orang yang membunuh Yui’ karena aku juga selalu pulang telat.”

Sooyoung tertawa kecil. “Sudah biasa. Aku sering sekali diejek oleh teman-temanku di Canada,” kata Sooyoung yang membuatku menautkan alisku bingung. “Kenapa?”

“Ah, sudahlah. Lebih baik kita berpikir sekarang. Apa yang akan kita lakukan untuk seleksi yang akan diadakan satu bulan lagi?” Tanya Sooyoung yang membuatku langsung mengalihkan pandangan kearah lain.

“Entahlah. Sejujurnya aku tidak pandai dalam hal-hal seperti itu,” kataku jujur. Sebenarnya hal-hal seperti itu sama sekali bukan bidangku. Aku hanya berbakat dalam bidang melukis. Tidak lebih.

“Aku tahu itu,” katanya sambil tertawa kecil. “Darimana?” tanyaku penasaran. Dia terlihat sangat mengerti apapun tentangku. Atau dia hanya menebak-nebak saja? “Wajahmu,” jawabnya sambil tersenyum dan menatapku. Dia lebih manis tersenyum seperti ini, dan aku baru menyadarinya.

“Hm, oke. Lain kali aku ingin bertemu dengan appa-mu,” kataku mengalihkan perhatian. Sooyoung menghembuskan nafasnya berat dan menatap kedepan. “Aku yang satu rumah dengannya saja sangat jarang bertemu, apalagi kamu.”

Setelah mendengar perkataan Sooyoung soal hubungannya dengan appa-nya yang tidak berlangsung baik itu, aku semakin yakin bahwa sebenarnya Sooyoung ada masalah yang jauh lebih besar dibandingkan masalah yang sedang dihadapinya saat ini di sekolahnya. Aku menatap wajahnya yang saat ini menatap kearah langit.

Tetaplah tersenyum seperti itu, Soo.

***

Sooyoung POV

Setelah mengobrol sekian lama dengan Kyuhyun, aku mulai merasa bahwa dia bukanlah Kyuhyun bermata tajam yang kukenal, melainkan Kyuhyun yang memiliki senyuman hangat yang mampu menjadi moodbooster bagiku.

Aku dan Kyuhyun saat ini berjalan bersama menuju kelas kami. Memang, sejujurnya kelas kami tidak terlalu jauh dari laboratorium alam tempat kami mengobrol sejenak tadi.

Sesampainya di dalam kelas, aku melihat Jieun yang tadinya sedang mencatat sesuatu di atas buku miliknya langsung menatapku, dan senyum manis tersungging di bibir tipisnya. Ia menaruh bolpoinnya sejenak diatas meja, dan berjalan kearahku sementara Kyuhyun tetap berjalan lurus kearah tempat duduknya.

“Kau baik-baik saja, Soo? Kudengar-dengar dari teman-teman yang lain bahwa kau dibully oleh Sohyun, benarkah itu?” Tanya Jieun melihat penampilanku dari atas kebawah, mencari tahu apakah aku benar baik-baik saja. “Gwaenchanhayo. Tidak usah dipikirkan lagi,” jawabku sambil tersenyum.

“Tapi tulang pipimu memar, Soo. Kau habis ditampar olehnya?” Tanya Jieun tidak percaya dengan jawabanku. Aku hanya tersenyum sedikit. “Hanya satu kali,” jawabku sambil berusaha tersenyum.

“Meskipun sekali, tapi kalau ditamparnya keras sekali sama saja. Biar aku bawa kamu ke UKS dan kita oleskan salep di pipimu,” katanya menarik lenganku. Aku menggeleng. “Aku benar-benar tidak apa-apa. Lebih baik kita bersiap-siap,” tolakku, kemudian aku melirik keearah jam tanganku. “Dua menit lagi jam dimulainya pelajaran akan dimulai.”

Jieun mengangguk pelan, kemudian ia menggandeng lenganku berjalan menuju bangku kami masing-masing.

***

Author POV

Seisi kelas 11-3 langsung duduk dengan manis di bangkunya masing-masing begitu mereka melihat Lee seonsaengnim, kepala sekolah, datang memasuki ruangan kelas mereka. Mereka yang semula masih ngobrol sendiri langsung menenangkan diri dan menghadap ke depan dengan posisi tegak.

“Selamat pagi anak-anak,” kata Lee seonsaengnim menyapa setiap murid 11-3 dengan suara bariton-nya yang agak serak. Semua siswa hanya membungkuk sembari duduk. Lee seonsaengnim mengangguk-angguk.

“Kurasa kalian sudah tahu tentang tragedi kematian Yui, kan?” Tanya Lee seonsaengnim. Semua orang mengangguk, dan beberapa diantara mereka menoleh kearah Sooyoung. Sedangkan Sooyoung hanya menunduk karena ia tidak berani menatap orang-orang yang masih menuduhnya itu.

“Saya hanya ingin memberitahu, dan mengingatkan, jangan pernah mendekati pintu misterius itu. Mengerti?” kata Lee seonsaengnim dengan penekanan di setiap kata-kata yang dilontarkan-nya. “Ne, seonsaem,” jawab murid-murid lain.

“Dan saya turut berduka atas kematian Yui. Selamat pagi,” lanjut Lee seonsaengnim undur diri, kemudian ia disertai guru-guru yang lain berjalan keluar kelas untuk menuju ke kelas yang lain lagi.

Sepeninggal Lee seonsaengnim, keadaan kelas menjadi kembali ramai. Semuanya kerap membicarakan tentang kematian Yui itu. “Lebih baik kita jangan dekat-dekat dengannya. Dia itu pembunuh,” teriak seorang murid namja. Sooyoung menghela nafas lagi.

Kyuhyun mulai terganggu dengan tuduhan-tuduhan yang dilemparkan kepada Sooyoung itu, langsung menggebrak mejanya. Membuat keributan di kelas 11-3 itu tiba-tiba lenyap, digantikan dengan kesunyian karena semuanya memusatkan perhatian mereka pada Kyuhyun.

“Kalian sadar tidak, apa yang sudah kalian lakukan? Kalian sudah membunuh batin Sooyoung perlahan. Dia yang tidak salah, dituduh-tuduh seperti itu. Ha, lucu sekali. Kalian membencinya? Silahkan membencinya! Tapi jangan pernah menuduhnya yang macam-macam seperti itu!” kata Kyuhyun sambil tersenyum sinis.

Sooyoung yang semula menunduk langsung mendongakkan kepalanya, dan menatap Kyuhyun yang duduk di sebelahnya. “Kyu! Apa yang kau—“

“Kalau kalian menuduh-nuduh Sooyoung seperti itu, sama halnya kau juga seorang pembunuh yang membunuh Sooyoung perlahan. Camkan itu!” teriak Kyuhyun. Kemudian ia langsung bangkit berdiri dari tempatnya, kemudian pergi meninggalkan kelas itu.

Sooyoung bingung, apa yang harus ia lakukan. Ia menoleh ke kanan dan ke kiri. “Oh, ternyata dia juga memantrai Kyuhyun supaya membelanya. Benar-benar yeoja iblis!” kata Krystal sambil tersenyum meremehkan kepada Sooyoung. Sooyoung membelalakkan matanya, kemudian ia langsung bangkit berdiri dengan gerakan cepat.

“Kalian boleh menuduhku seperti itu. Tapi kumohon, jangan pernah mengataiku yeoja iblis, atau kalian akan terluka!” kata Sooyoung. Setelah mengatakan kalimat itu, Sooyoung langsung berlari menyusul Kyuhyun, karena Sooyoung yakin, kemungkinan ada dua tempat yang dikunjungi Kyuhyun saat ini. Ruang lukis, atau laboratorium alam.

Sooyoung berlari sejenak ke laboratorium alam, dan sesampainya disana, ia menoleh ke kanan dan kiri, mencari Kyuhyun. Dan setelah yakin bahwa Kyuhyun tak ada disana, Sooyoung langsung memantapkan langkahnya menuju ruang lukis yang ada di lantai satu.

Tapi ketika Sooyoung berlari melewati pintu misterius yang terbuka dan dibatasi oleh garis polisi berwarna kuning itu, langkah Sooyoung terhenti. Semalaman, ruangan ini dievakuasi untuk mencari penyebab kematian Yui hingga pintu itu dibuka lebar dan dibatasi oleh garis polisi.

Sooyoung menoleh kearah ruangan itu, untuk melihat isinya. Sebenarnya ia tidak ingin melakukannya, tapi rasa penasaran yang begitu besar mengalahkan kepatuhannya terhadap peraturan yang ada.

Sooyoung melangkah melewati garis polisi berwarna kuning itu, masuk kedalam ruangan itu dan menoleh ke kanan dan kiri. Ia ingin mencari tahu sendiri, apa penyebab kematian Yui tadi malam?

Ruangan yang gelap dan kosong. Hampa. Hanya itu yang ada di pikiran Sooyoung. Debu ada dimana-mana, terlihat sekali bahwa ruangan ini tidak pernah dirawat. Di salah satu sisi ruangan itu, terdapat bingkai cermin, namun cermin itu terlihat pecah membentuk serpih-serpihan, dan serpihan-serpihan itu masih ada di lantai ruangan itu.

Saat Sooyoung melangkah menuju salah satu sudut ruangan, kakinya tidak sengaja menginjak sesuatu yang kerras dan berbentuk kotak. Sooyoung menyingkir, dan dilihatnya kebawah. Sebuah video tape berukuran besar seperti jaman dulu ada disitu, dengan tulisan terdapat disana. Sooyoung tidak bisa membacanya dengan jelas, karena itu berdebu.

Sooyoung membungkuk untuk mengambil video tape itu, kemudian tangannya ia gerakan untuk membersihkan debu-debu yang menutupi video tape itu. Dan tulisan yang terdapat dalam video tape itu, “I’m Alone”. Dahinya berkerut. Apa isi video tape ini? Apakah ini milik Yui?

***

Sooyoung POV

Aku melangkah pelan memasuki rumahku. Oh, ralat. Bukan rumahku. Ini rumah appa-ku. Dan ya, seperti yang kalian tahu. Aku jarang sekali bertemu dengannya. Ia selalu berangkat lebih pagi jika ia bekerja dan akan pulang malam.

Namun saat aku berjalan melewati ruang keluarga, aku melihat appa sedang terduduk di salah satu sofa yang ada disana dengan Yoona. Semenjak aku tahu bahwa Yoona adalah ibu tiriku, aku tidak sudi memanggilnya eomma.

Aku berjalan, berpura-pura tidak menanggapi mereka. Namun Yoona justru mencegat langkahku dengan memanggil namaku. “Sooyoung.”

Aku menghentikan langkahku tanpa menoleh. Tapi aku bisa melihat dari ekor mataku bahwa Yoona dan appa sedang memandangku sekarang. “Soo,” sapa appa penuh perhatian. Dari dulu aku selalu berpikir bahwa perhatian yang appa berikan padaku hanyalah perhatian palsu.

Aku memutar badanku dan menatap mereka. Appa bangkit berdiri, dan disusul dengan Yoona. “Apa?” tanyaku dingin. Kulihat appa menghela nafas, kemudian ia berjalan mendekat kearahku. Namun aku segera memundurkan langkahku. “Kenapa mendekat?” tanyaku.

Appa langsung menghentikan langkahnya dan menatapku sendu. “Appa tahu kau sangat membenci appa,” kata appa. Aku tersenyum. “Baguslah kalau appa menyadarinya,” jawabku sambil mengangguk.

“Dan aku dengar dari oppa-mu kalau kemarin malam kamu melihat adegan pembunuhan di sekolahmu, bukankah begitu?” Tanya appa. Aku hanya diam. “Bisakah kau menceritakan pada appa?”

“Untuk apa?” jawabku cepat. “Itu semua tidak ada urusannya dengan appa, kan?”

Appa akan membuka mulutnya, saat dengan segera aku putus dengan kalimatku. “Sudah ya, ppa. Aku lelah sekali. Lebih baik kau urusi saja pekerjaanmu atau kesibukanmu, karena aku tahu kalau kau tidak pernah mempedulikan anak perempuanmu ini.”

Aku segera berputar balik dan berjalan meninggalkan ruang keluarga untuk pergi ke kamarku.

Setelah aku sudah sampai di kamar, aku segera menutup pintu kamarku dengan rapat dan menguncinya, kemudian mengeluarkan video tape yang tadi aku temukan di ruangan misterius itu, lalu menatapnya sekali lagi. “I’m Alone”.

Rasa penasaranku yang besar tentang video itu membuatku menyiapkan segala perlengkapan untuk menyetel video tape itu. Aku nyalakan video player dan segera memasukan video tape itu kedalamnya, dan menunggu sesaat.

Tak lama kemudian, muncullah gambar seorang yeoja yang amat cantik. Jika ia tersenyum, maka matanya yang indah itu terlihat membentuk sebuah senyuman pula. Karena ini video lama, jadi warna yang ada di dalam video itu hanya ada hitam-putih saja.

Annyeonghaseyo! Tiffany imnida, hehe. ___-ah, kau tahu? Aku sudah menciptakan lagu khusus untukmu (eye smile). Sebenarnya ini hanya lagu yang kubuat saat aku sedang nganggur saja, tapi kuharap kau mau mendengarkannya (eye smile).

Siapa yang disebutkan yeoja itu? Namanya Tiffany, dan dia membuat video ini untuk siapa? Sayangnya, saat nama orang itu disebutkan oleh Tiffany, suaranya redup sejenak, kemudian kembali menyala. Jadi aku tidak tahu untuk siapa video ini dibuat.

Aku menonton video itu dengan alis berkerut. Dan di video selanjutnya, ditampilkan seorang yeoja bernama Tiffany tadi yang sedang terduduk di depan piano, dan memainkan piano itu. Kurasa ia akan menyanyikan sebuah lagu.

[Now Playing; I’m Alone – Tiffany Hwang]

Jebal moreun chae chi nan kha yo
Jebal nunke dul ju chi mayo
Morae baram gateun nan teu rae
Amoo goteu nae gye ju chi mayo

Nae maeum hanam cheo mo tulgo
Nae numool hana sum gyo tulgo
Cheoum bon gam chorom
Na som saram chorom
Jina ga yeo geurae hyaman hae yeo

Na heo ja seo sarangeun mal hago
Sarangeun bo naego
Honja saheum joo wo gae
Geom geom mi numoo ri maeya

Monee ni sae sa doo
Deuraen haengbokha gae
Nae saranggeun
Gaseum kippin meum toyeo

Aku mendengarkan lagu ini dengan seksama. Lagu yang sangat indah. Nada-nadanya tercampur dengan sempurna, dan aku sangat menyukainya. Aku tersenyum. Apakah yeoja ini benar-benar menciptakan lagu ini sendirian?

Bagaimana? Maafkan aku karena lagu ini benar-benar buruk. Tapi aku sungguh-sungguh menciptakannya untukmu. Dan… aku menciptakan lagu ini, karena aku ingin mengatakan padamu bahwa… aku mencintaimu, Si—“ Belum selesai yeoja itu menyelesaikan kalimatnya, video ini sudah habis.

Aku segera bangkit dari dudukku dan berjalan untuk mengeluarkan video tape itu dari video playerku, kemudian menatapnya lagi. Aku menghela nafas dan menaruh video tape tersebut di laci meja belajarku yang ada di sudut kamarku.

Tapi… mungkin saja ini ada hubungannya kenapa pintu ruangan itu sama sekali tidak boleh dibuka? Ada hubungannya dengan kematian Yui? Aku kembali mengeluarkan video tape itu dari laciku, kemudian mencari-cari tahun dibuatnya video itu. Tidak ada. Aku menghela nafas dan menatap kedepan. Kurasa aku harus mencari tahu yeoja bernama Tiffany ini, dan orang yang disebutkan olehnya di video ini. Mungkin ada hubungannya dengan ruangan itu.

***

05:45 PM

Author POV

Suasana sebuah rumah di daerah Itaewon benar-benar sepi. Semuanya menjalankan aktivitas mereka masing-masing. Ditengah-tengah kesepian itu, seorang yeoja berseragam sekolah Girin Art High School berjalan mendekat ke gedung rumah itu, dan memasuki rumah itu.

Sesampainya ia di depan pintu gerbang, ia langsung melepas sepatunya kemudian menaruh kembali sepatu sekolahnya di rak yang tersedia, lalu berjalan masuk. “Aku pulang,” sapanya.

“Oh! Kau sudah pulang, Krystal?” Tanya seorang ibu-ibu yang notabenenya adalah ibu Krystal dari dalam dapur. “Ne, eomma,” jawab Krystal sambil berjalan pelan kearah kamarnya. “Lima belas menit lagi makanan siap. Kita makan bersama di ruang makan, ya,” kata eomma Krystal.

“Appa sudah pulang, eomma?” Tanya Krystal. “Ne, sekarang dia sedang ada di kamar mandi. Cepat bersihkan tubuhmu. Sebentar lagi kita makan bersama,” kata eomma Krystal. “Ne,” jawab Krystal sembari membuka pintu kamarnya.

Begitu ia membuka pintu kamarnya, keadaan kamar Krystal begitu gelap karena lampu yang mati juga gorden jendela yang tertutup. Saat Krystal menekan tombol lampu yang ada di dekat pintu untuk menyalakan lampu, lampu di kamarnya tetap tidak menyala.

Eomma, kurasa lampu kamarku mati,” kata Krystal. “Nanti malam kita ganti,” jawab eomma Krystal singkat.

Krystal membuka pintunya lebar-lebar dan ia berjalan mendekat kearah lampu tidurnya yang ada di nakas samping tempat tidur, lalu menyalakannya. Meskipun cahaya kamar saat ini masih redup karena sangat minim penerangan, Krystal langsung menutup pintu kamar-nya dan menguncinya, kemudian bersiap-siap akan mandi.

Saat Krystal berjalan menuju kamar mandi miliknya yang ada di dalam kamarnya, ia merasakan ada sesuatu yang aneh. Seperti seseorang lain ada di dalam kamarnya. Krystal menghentikan langkahnya dan menoleh ke kanan dan kiri. Memeriksa. Namun nihil.

Setelah yakin bahwa sungguh-sungguh tidak ada penyusup di kamarnya, Krystal langsung berjalan masuk kedalam kamar mandinya.

Namun tanpa ia sadari, di samping lemarinya, terdapat seorang yeoja berseragam sedang berdiri dengan rambut menjuntai. Wajahnya yang pucat itu tersenyum penuh kemenangan.

Setelah kurang lebih lima belas menit Krystal ada di kamar mandi, ia bersiap-siap akan keluar dari kamar mandinya. Ia sudah memakai pakaian rumah lengkap. Sebelum keluar, ia menatap pantulan dirinya di wastafel kamar mandi terlebih dahulu, kemudian tersenyum. Bangga dengan kecantikan yang dimilikinya.

Hidung yang mancung, mata yang indah, rambut yang indah, dan juga bibir tipis yang dimilikinya membuatnya puas. Terlebih lagi kulit putihnya yang cantik. Krystal tersenyum semakin lebar.

Saat ia membuka kenop pintu kamar mandinya, terkunci dan sama sekali tidak bisa dibuka. Krystal berusaha membuka pintu itu lagi, namun sama sekali tak membuahkan hasil. “Eomma!” panggil Krystal. Namun entah siapa yang menyalakan stereo di kamar Krystal dengan suara yang amat sangat keras, hingga teriakan Krystal sama sekali tidak bisa terdengar.

“Eomma!” panggil Krystal lagi dengan gedoran-gedoran di pintu kamar mandinya, namun nihil.

Krystal panik. Kenapa jadi seperti ini? Krystal menoleh kearah pantulan dirinya yang ada di cermin. Wajahnya yang semula terlihat cantik tidak sampai dua menit yang lalu itu, kini terlihat rusak layaknya terkena luka bakar.

Kulitnya mengelupas, darah segar keluar dari lubang hidungnya. Mata Krystal terbelalak. Ia tidak mempercayai apa yang ada di depannya ini. Pantulan dirinya yang rusak. Wajahnya benar-benar nyaris tak berbentuk. Dan tepat disebelah pantulan dirinya, terlihat seorang yeoja berseragam putih-biru-abu sedang tersenyum kearahnya dengan wajah yang tak utuh lagi.

“AAARRGGHH!!”

***

Thursday. April 16th, 2012.

Sooyoung POV

Aku menuruni tangga rumahku dengan langkah ringan. Semenjak aku bersekolah di sekolah yang aku tempati sekarang, aku dan Seunghyun oppa selalu berangkat bersama-sama. Meskipun aku tidak ingin siapapun tahu tentang asal-usul keluargaku, tapi aku sangat menyayanginya.

Terkadang aku berpikir bahwa mungkin memang aku sungguh keterlaluan karena sering sekali berpura-pura tidak mengenal Seunghyun oppa. Seharusnya aku bangga punya kakak laki-laki yang adalah bintang sekolah. Tapi kenyataannya tidak sama sekali.

Aku berjalan pelan kearah dapur. Kosong dan tidak ada orang. Memang, aku sengaja bangun lebih pagi supaya aku bisa sarapan tanpa bertatap muka dengan appa dan ‘istri’nya itu. Sekarang memang masih sangat pagi, sekitar jam empat. Tapi memang itulah kebiasaanku setelah lama aku tinggal di Seoul.

Selama ini aku tidak pernah mencoba merepotkan pembantu dirumah. Aku selalu berusaha sendiri. Meskipun aku tahu bahwa rumah ini memiliki banyak sekali pembantu yang siap membantuku, aku tetap tidak peduli.

Aku lirik kearah laci tempat persediaan makanan disimpan. Hanya ada sosis, roti, dan juga selai yang bisa dipakai untuk sarapan. Aku langsung mengeluarkan bahan-bahan tersebut kemudian membuat sarapanku sendiri.

Saat aku sedang memotong-motong sosis, tiba-tiba aku merasakan ada orang berdiri di belakangku. Aku menoleh, dan ternyata Seunghyun oppa sudah berdiri tak jauh dariku, bersandar pada kusen pintu sambil melipat kedua tangannya di depan dada, lalu tersenyum manis. Aku membalas senyumannya, kemudian kembali berkonsentrasi pada pisau didepanku.

“Oppa sudah bangun?” tanyaku. Seunghyun oppa menjawab pertanyaanku dengan suara serak karena habis bangun tidur. Bahkan rambutnya masih terlihat acak-acakan dan matanya terlihat mash sangat mengantuk. “Hm. Kau sedang membuat sarapan, Soo?”

“Ne. Oppa mau?” tawarku. Seunghyun oppa mengangguk. “Kita sarapan bersama, ya?” ajak Seunghyun oppa. Aku tersenyum, menandakan bahwa aku menyetujui usulnya.

Dari dulu, meskipun aku ada di Canada, dan Seunghyun oppa ada di Korea, aku sering sekali berhubungan dengannya. Kami sering bertukar kabar lewat SMS atau telepon. Dan eomma juga tidak pernah melarang. Beliau justru sering berbicara dengan Seunghyun oppa di telepon.

Dan dari dulu juga, aku merasa bahwa yang mengakui keberadaanku hanyalah eomma dan Seunghyun oppa saja. Mereka benar-benar terlihat menyayangiku. Berbeda jauh dengan appa yang mengandalkan kesenangannya saja.

Tanpa disadari aku sudah selesai membuatkan sarapan untuk hari ini. Sebuah sandwich isi sosis siap untuk dimakan bersama Seunghyun oppa!^^

Kami berdua sedang duduk bersama di meja makan panjang yang tersedia. Aku dan Seunghyun oppa duduk berhadap-hadapan.

“Soo,” sapa Seunghyun oppa. Aku yang sedang mengunyah makananku hanya menatapnya sambil mengangguk. “Apa kau baik-baik saja bersekolah di sekolahmu sekarang?”

Begitu mendengar pertanyaan Seunghyun oppa, aku berhenti mengunyah makananku. Aku menatap Seunghyun oppa yang masih menatapku bingung. Setelah mencerna dengan baik pertanyaan Seunghyun oppa di otakku, aku kembali mengunyah makananku dan menelannya, kemudian baru menjawab pertanyaannya.

“Kenapa oppa bertanya seperti itu?” tanyaku balik. Seunghyun oppa tersenyum kemudian menggeleng-geleng. “Bukan begitu. Sebentar lagi aku akan lulus ke perguruan tinggi dan kau akan naik ke kelas 12, Soo. Aku takut aku tidak bisa menjagamu.”

Aku tersenyum. “Bukankah oppa tidak pernah memperhatikanku di sekolah?” tanyaku menggodanya. Wajah Seunghyun oppa langsung merah padam. “Maafkan aku… aku terlalu sibuk dengan tugas-tugas sekolah yang diberikan untuk menjelang kelulusan nanti. Dan, aku juga tidak pernah melihatmu di sekolah!” kata Seunghyun oppa protes. Aku tertawa mendengarnya.

“Ya, mungkin memang takdir tidak mempertemukan kita, oppa,” kataku bercanda. “Apa-apaan! Kau ini! Pasti sering kebanyakan nonton drama, ya?” tuduh Seunghyun oppa sambil menodongku dengan telunjuknya. Aku menepis telunjuknya halus. “Apa sih!”

***

Setelah mobil milik Seunghyun oppa sampai di depan lobi, aku langsung turun dan masuk kedalam sekolah, barulah Seunghyun oppa memarkirkan mobilnya di parkiran khusus mobil yang ada di belakang gedung sekolah.

Saat aku memasuki ruangan lobi, aku melihat dua orang yeoja menatapku terkejut. “EH! Itu mobilnya Seunghyun sunbae, kan?” Tanya salah satu dari mereka histeris sambil menunjuk kearah mobil Seunghyun oppa yang mulai berjalan pergi meninggalkan lobi, yang kukenal mereka adalah Lee Hyeneul dan Son Jinri.

“Kenapa Sooyoung berangkat dengannya?” Tanya Hyeneul. “Mungkin mereka kakak adik,” jawab Jinri sambil menatapku dingin. “Tidak mungkin! Sikap mereka sangat berbeda jauh!” elak Hyeneul. Aku menyipitkan mataku. Apa itu sindiran atau pujian? (–.—“ )

“Tapi sepertinya memang benar kakak adik. Wajah mereka kalau dilihat-lihat mirip juga,” kata Jinri sambil menatapku serius. Aku berpura-pura tidak mendengarkan mereka dan berjalan lurus kedepan. Dan kali ini aku melihat Jieun sedang berjalan sambil membaca bukunya. Aku tersenyum dan memanggilnya.

“Jieun-ah!” panggilku. Jieun menghentikan langkahnya, dan menoleh kearahku. Ia tersenyum dan melambaikan tangannya. Aku membalas senyumannya, kemudian berjalan menyusulnya.

“Buku apa yang kau baca?” tanyaku pada Jieun yang saat ini sedang berkonsentrasi pada buku lumayan tebal yang ada dihadapannya. Aku sedikit berpikir, apakah tidak ada waktu luang yang bisa Jieun ambil untuk membaca? Bahkan berjalanpun ia membaca-__-

“Hm. Ini buku tentang musik. Sekitar satu bulan lagi kan seleksi itu akan diadakan, Soo. Aku pikir tidak ada salahnya untukku berusaha menang dan tampil sebaik-baiknya di showcase nanti. Apalagi aku juga sangat ingin direkrut oleh sebuah perusahaan untuk dijadikan artis atau musisi terkenal,” jawab Jieun sambil tersenyum. Aku hanya mengangguk mengerti.

Tak lama kemudian, terdengarlah suara seperti suara handphone yang berbunyi. Jieun menghentikan langkahnya—yang membuatku menghentikan langkahku juga—kemudian ia memberikan bukunya sejenak padaku. “Tolong pegangin sebentar ya, Soo. Tanganku cuma ada dua, hehe,” kata Jieun sambil meringis. Aku tersenyum, kemudian memegang buku miliknya itu.

Sementara Jieun mengangkat teleponnya, aku membaca sejenak synopsis buku itu. Kelihatannya menarik. Saat aku baca daftar pusakanya, buku ini ternyata diciptakan tahun 1888. Aku sedikit tertarik untuk membelinya. Mungkin ini juga bisa jadi inspirasiku untuk duet bersama Kyuhyun.

Saat aku melirik nama penulisnya, ‘Tiffany Hwang, 15 tahun’. Aku mengerutkan keningku. Sepertinya aku pernah dengar nama ini.

“Gawat, Soo!” kata Jieun membuyarkan lamunanku. Ternyata ia sudah selesai mengangkat teleponnya. “Ada apa?” tanyaku bingung. “Krystal… dia sedang terluka sekarang. Barusan orang tuanya meneleponku bahwa ia tidak bisa ikut ambil bagian dalam seleksi kali ini. Kata eomma-nya, saat ini Krystal sedang dirawat di rumah sakit karena wajahnya seperti terbakar.”

Aku menganga. “Apa penyebabnya?” tanyaku bingung. “Aku sendiri tidak tahu. Eomma-nya tidak menceritakan padaku,” jawab Jieun. Aku menerawang lurus kedepan, kemudian menghela nafas.

“Kalau begini, bagaimana nasib seleksiku nanti, Soo?” kata Jieun sedikit memelas. Aku menatap wajahnya bingung. Benar juga. Bagaimana dengan Jieun nanti? “Kupikir kau harus bilang ke Han seonsaengnim bahwa Krystal tidak dalam kondisi yang fit sekarang.”

Jieun terlihat berpikir, kemudian ia mengangguk. “Baiklah. Nanti saat istirahat, kau temani aku ke ruang guru ya.” Aku tersenyum kemudian mengangguk.

Kami kembali berjalan kembali kearah kelas kami, namun baru aku sadari bahwa tanganku masih menggenggam buku itu. Aku menyerahkan buku itu pada Jieun, tapi ia justru menatap buku itu sedih. “Aku sudah tidak membutuhkannya. Sama saja, aku tidak akan bisa ikut seleksi nanti,” kata Jieun, kemudian ia menatapku. “Ambillah saja, Soo. Aku sudah tidak membutuhkannya.”

Aku terbelalak. “Benarkah? Tapi ini terlihat seperti sebuah buku mahal,” kataku excited. “Buku ini aku dapat dari eomma-ku. Dulu dia berteman dekat dengan penulisnya. Tapi kata eomma-ku, dia meninggal secara tragis. Buku ini ia ciptakan sebelum ia meninggal,” jelas Jieun. Aku hanya ber-oh ria.

“Ambil saja. Aku berani jamin bahwa eomma-ku pasti tidak membutuhkannya lagi. Lagipula, penjelasan di buku itu juga lumayan mudah dipahami,” kata Jieun sambil tersenyum. Aku membalas senyumannya dan mengangguk cepat. “Gomawo.”

***

Author POV

Keadaan setiap ruang di gedung Girin Art High School begitu sepi, karena saat ini pelajaran sedang berlangsung. Semuanya berkonsentrasi pada pelajaran yang dijelaskan di depan papan. Begitu pula yang terjadi di kelas 11-3, semuanya sedang mendengarkan penjelasan Cha seonsaengnim yang sedang berbicara di depan kelas.

Namun berbeda halnya dengan salah satu murid yang ada di dalam kelas itu. Ia sedang serius membaca buku yang ada diatas mejanya. Terkadang dahinya berkerut membaca setiap kata demi kata yang tersirat di buku itu, berusaha mencerna kata sepatah kata.

Salah satu kalimat yang ada di buku itu, “Semua musik yang bagus menyerupai sesuatu. Musik yang baik membangkitkan kemiripan misterius dengan objek dan perasaan yang mendasarinya.

Dahi yeoja yang ternyata adalah Choi Sooyoung itu berkerut. Dia masih berusaha mencerna kalimat itu, tapi sama sekali tidak bisa.

Otak Sooyoung berpikir keras. Apa sebenarnya yang ingin disampaikan sang penulis?

***

Breaktime…

Sooyoung POV

Kurang lebih tujuh menit sudah jam istirahat berlangsung, dan saat ini aku dan Jieun baru saja keluar dari ruang guru. Seperti apa yang sudah kami janjikan tadi pagi, aku menemani Jieun berbicara pada Han seonsaengnim soal partner seleksinya yang tidak bisa turut berpartisipasi dalam acara seleksi itu.

“Hancur sudah,” desah Jieun pasrah. Ya, Han seonsaengnim mengatakan bahwa tidak ada dispensasi bagi para murid yang mengalami masalah saat seleksi nanti. Dan Jieun-lah salah satu dari mereka. Ia tidak boleh mengikuti audisi kalau ia tidak menemukan pasangan.

Aku terdiam. Aku sungguh-sungguh tidak tega melihat Jieun seperti ini. Dia terlihat sangat putus asa. Tiba-tiba suatu ide terkelebat dalam pikiranku.

“Bagaimana kalau kau saja yang berpasangan dengan Kyuhyun? Kurasa itu adalah ide yang bagus!” kataku sambil tersenyum. Aku mencoba mengorbankan diriku untuk temanku yang saat ini sedang putus asa, bukankah itu baik?

“Tapi, Soo… bagaimana denganmu?” tanyanya khawatir. Aku menggeleng yakin. “Aku yakin aku tidak apa-apa. Apalagi kau tahu bahwa dari awal aku tidak pernah punya keinginan untuk mengikuti audisi ini,” kataku sambil tersenyum dan menepuk bahunya. Wajah Jieun yang semula muram, kini kembali tersenyum. “Gomawo, Soo!” kata Jieun senang kemudian ia memelukku. Aku membalas pelukannya, kemudian berkata, “Lebih baik kita ke kantin sekarang sebelum jam istirahat berakhir.”

***

Saat ini sedang freetime alias jam bebas karena Kim seonsaengnim yang harusnya mengajar berhalangan datang. Semuanya sedang asyik mengobrol bersama atau bermain. Aku sudah bilang pada Kyuhyun bahwa aku dan Jieun bertukar peran, dan Jieun yang akan menjadi partnernya nanti. Dia terlihat santai-santai saja, toh bawaannya memang dia orang yang easy-going. Dan saat ini dia dan Jieun terlihat serius sedang membicarakan konsep seleksi nanti.

Sedangkan aku? Sedang duduk diam di bangkuku, tidak mengerti apa yang harus kulakukan sekarang. Aku merogoh tasku, berusaha mencari sesuatu yang bisa membuat kebosananku berkurang, dan aku mengeluarkan video tape yang waktu itu aku temukan di ruangan rahasia itu. Aku kembali teringat. “Tiffany” dan “Tiffany Hwang”. Apakah mereka orang yang sama?

Tiba-tiba aku ingin melakukan sesuatu. Ku keluarkan buku milik Jieun dan video tape itu dari dalam tasku, kemudian berjalan keluar kelas untuk menuju ke perpustakaan yang ada di lantai dua.

Ketika aku sampai disana, aku langsung mendekat kearah koran edisi lama yang terbit bertahun-tahun yang lalu. Mungkin saja aku bisa menemukan petunjuk disana. Aku melirik sejenak kearah buku milik Jieun. Tahun 1988. Jadi aku harus mencari petunjuk tahun 1988.

Setelah sekian lama mencari, akhirnya kutemukan juga. Meskipun sudah agak lusuh dan warnanya sedikit kuning dan mangkak, aku langsung membawanya ke salah satu meja kosong yang ada di ujung ruangan.

Aku membuka satu persatu halaman koran tahunan yang lumayan tebal—karena menyimpan berita-berita tahun 1988 pada waktu itu. Mungkin saja aku bisa menemukan berita tentang kematian yeoja bernama Tiffany tersebut.

Karena koran itu adalah koran yang bisa dibilang tebal, maka butuh waktu lama bagiku pula untuk mencari informasi tentang Tiffany tersebut. Dan saat aku membuka salah satu halaman, mataku tertuju pada foto sesosok yeoja cantik yang sedang tersenyum menghadap kamera menggunakan seragam sekolah. Saat kulihat berita apa itu, Tiffany Hwang, Terbunuh di Sekolahnya Sendiri.

Mataku terbelalak melihatnya. Aku kembali mengamati foto yeoja itu. Benar-benar yeoja yang sangat mirip dengan yeoja yang ada di video itu. Dan ketika kuamati namanya baik-baik, sama dengan nama yeoja yang adalah penulis buku music yang ada di tanganku ini. Aku menggeleng-geleng tidak percaya. Benar-benar ini semua adalah sebuah kebetulan.

Aku menutup koran itu perlahan dan mengembalikannya ke tempatnya semula, kemudian memilih untuk kembali ke kelasku karena bel pergantian jam sudah berbunyi.

***

Author POV

Seperti biasa, ketika bel pulang sekolah sudah berbunyi, para siswa-siswi Girin Art High School berbondong-bondong keluar dari dalam kelas mereka masing-masing untuk pulang. Dan seperti biasanya pula, hanya Sooyoung dan Kyuhyun saja yang tersisa di dalam kelas 11-3.

Saat Kyuhyun akan pergi, Sooyoung langsung memanggilnya. “Jamkanman!” panggil Sooyoung. Kyuhyun menghentikan langkahnya dan menoleh kearah Sooyoung. “Ada apa?”

Sooyoung mengangkat tas miliknya kemudian tersenyum, dan berjalan menyusul Kyuhyun. “Aku ikut denganmu!” kata Sooyoung. Kyuhyun mengerutkan dahinya bingung. “Apa?” tanyanya.

“Kau mau ke ruang lukis, kan? Aku ikut denganmu,” kata Sooyoung. Kyuhyun terdiam sejenak, terlihat jelas bahwa ia sedang berpikir, namun ia mengangkat alisnya dan mengangguk. “Baiklah. Tapi kumohon jangan memintaku untuk cepat-cepat pulang atau mengantarmu pulang ke rumahmu yang besar itu,” jawab Kyuhyun. Ia sudah benar-benar kapok setelah beberapa hari yang lalu ia harus mengantar Sooyoung kembali ke rumahnya dengan berjalan kaki.

“Baiklah. Aku berani jamin bahwa aku tidak akan merepotkanmu,” kata Sooyoung penuh percaya diri. Kyuhyun hanya tersenyum sejenak kemudian ia kembali berjalan kearah tujuannya, ruang lukis, diikuti Sooyoung di belakangnya.

Sesampainya di ruang lukis, seperti biasanya, Kyuhyun menaruh tasnya diatas meja terdekat kemudian berjalan kearah wastafel untuk mencuci tangannya, sedangkan Sooyoung mengeluarkan buku music miliknya yang ada di dalam tasnya.

Ketika Kyuhyun melihat Sooyoung mengeluarkan buku music itu, Kyuhyun langsung mengerutkan dahinya samar. “Itu buku apa sih? Kenapa tadi kamu membaca buku itu terus, bukannya mendengarkan penjelasan guru di depan kelas?”

Sooyoung mendongakkan wajahnya dan menatap Kyuhyun, kemudian tersenyum. “Aku ingin memberikan penawaran padamu. Itupun kalau kau mau mendengarkanku dan menerimanya.”

Kyuhyun mendecak. “Yah! Jawab dulu pertanyaanku!” kata Kyuhyun protes. “Bagaimana kalau aku tidak mau?” Tanya Sooyoung balik. Kyuhyun mengangkat bahunya. “Terserah,” jawabnya. Sooyoung tersenyum.

Tanpa disuruh, Sooyoung sudah menceritakan apa yang belakangan ini terus mengusik pikirannya. Ruangan misterius itu, video tape, seorang yeoja, pembunuhan, dan yang terakhir adalah orang yang disebut oleh Tiffany dalam video tape itu.

Kyuhyun mengerutkan dahinya bingung. “Ei. Kau ini ada-ada saja. Mana ada sesuatu yang seperti itu!” kata Kyuhyun tidak percaya. Sooyoung memutar bola matanya. “Sudah kuduga, kau pasti tidak percaya,” kata Sooyoung. Ia menyodorkan buku yang tadi ada ditangannya kepada Kyuhyun kemudian menunjukkan video tape yang ia dapat dari ruangan rahasia itu.

Kyuhyun menatap kedua benda itu dengan alis bertaut. “Perlu bukti apa lagi? Apakah harus aku tunjukkan koran dua puluh empat tahun yang lalu supaya kau percaya padaku?”

Kyuhyun menatap Sooyoung, kemudian menggeleng. “Lantas… kenapa kau menceritakan ini semua padaku?” Tanya Kyuhyun bingung. Sooyoung menunduk. “Aku ingin kau membantuku memecahkan masalah ini. Otakmu kan otak penuh misterius dan seni, jadi mungkin saja kau bisa membantuku memecahkan teka-teki ini,” kata Sooyoung.

“Yah! Kau ini bagaimana! Meskipun aku terlihat misterius dan penuh teka-teki, mana mungkin aku bisa dengan segampang itu memecahkan teka-teki itu!” kata Kyuhyun. Sooyoung terdiam saat ia menatap keluar jendela. Seorang yeoja yang belakangan ini sering menghantuinya, kini berdiri tepat di depan jendela. Sooyoung segera bangkit berdiri dan berjalan mendekat kearah yeoja itu. Membuat Kyuhyun semakin bingung dan heran. “Sooyoung-ah! Apa yang kau lakukan?” Tanya Kyuhyun dengan suara pelan. Karena ia tidak bisa melihat yeoja itu.

Namun Sooyoung sama sekali tidak menjawab pertanyaan Kyuhyun. Ia justru berjalan semakin dekat kearah jendela itu dengan langkah perlahan. Pandangannya kosong seakan ia terhipnotis oleh yeoja-tak-terlihat itu.

Kyuhyun semakin heran. Namun tiba-tiba ia benar-benar tersentak ketika Sooyoung dengan sendirinya jatuh terkulai diatas lantai tidak sadarkan diri.

Kyuhyun berlari mendekat kearah Sooyoung dan berusaha menyadarkan yeoja itu. “Yah! Sooyoung-ah! Yah!” panggil Kyuhyun. Kyuhyun mendekatkan kepalanya kearah wajah Sooyoung, dan ia masih bisa merasakan hembusan nafas Sooyoung. Kyuhyun mendesah kemudian ia mengangkat tubuh Sooyoung, dan membawanya keluar dari dalam gedung sekolah ini.

TBC

***

[P.S]

Aku minta maaf ya kalau part 3 nya gak
seperti yang diharapkan readers TT
Dengan kondisi masih sakit–tapi masih lumayan
dari sebelumnya–aku berusaha sekuat tenaga
ngelanjutin fanfiction ini secepat mungkin.

Jadi aku bener-bener minta maaf kalau banyak
typo dan kata-kata yang ngga nyambung *bow*

Jangan lupa RCL please 🙂
I love active readers 🙂

Thankyou *bow*

29 thoughts on “The Last Tear [Part 3]

    • AAAAAAAAA itu buktinya udah ketangkep semua, Kyuyoung momentnya sedikit, itu Krystal tragis banget trus ngebayangin Tiffany pucat, iya eonni kayaknya aku belum komen di p.2, oh iya eonni takut eonni ngira aku s.reader aku dulu unamenya alisha cassiopeiasecretime, next part aku tunggu selalu

  1. Ommooo… soo onnie knp ?? Jebal Tiffany onnie jgn sakitin sooeon ya ?? Kan bukan salah soo eon 😥 tapi salah jessica eon *digamparsicaeon*#tiffany: emg bnrkan sica salah km ??
    sica : iya ya hehehe >< me : huh onnie ngegampar aku lagi 😦 sica : mian ya saengku 😀
    DAEBAK !!
    Kutunggu lanjutannya !!
    Kayaknya yg ngeganggu soo bakal kena musibah ya ?? Sotoy 😛

    Next part lbh panjang eon 🙂

    Firstkah ?

    • soo eonnie knp tuh ?
      kesurupan yah *plaak
      aduuh kata kata soo eonnie itu terkabul lgi yah, ckck pke mantra apa eonnie ? *plaak

      lanjutt terus yaah ..
      DAEBAK
      😉 kutunggu jandamu *eh mksdx kutunggu lanjutannya 😀

  2. Akhirnya Siwon muncul juga , yah walaupun cuman seiprit doang kkk~
    Kayanya emang hantunya nyari tumbal dulu deh abis itu baru balas dendam ..
    Tapi masih bingung juga , kira-kira target balas dendamnya cuman ama Sica doang apa semua keluarga Soo ??? Apa Siwon juga termasuk dalam list balas dendamnya ??

  3. Ehem, balik lagi 😀
    Oke, Thor, sedikit2 sdh mulai terungkap 😀
    Itu Soo eonni janjinya gak bakal ngerepotin Kyuhyun oppa, nyatanya? hahaha 😀
    Benar nih kayaknya perkiraanku, itu si Tiffany eonni ngabulin permintaannya Soo eonni yg secara gak sadar itu.. Kira2 motifnya apa ya? Makin bingung -.-”
    Yaa Soo eonni, berarti lain kali musti lebih hati2 klo nyumpahin org(?) soalnya dikabulin sama Tiffany eonni tuh.. Emg mau dituduh lg kya kematian Yui itu ==”
    Lanjut asap, Thor, daebak sekali ini 🙂
    Hwaiting!

  4. Ah.. Makin cinta sama ff ini…. 😀
    Kyuppa perhatian bgt yah… Cemburu aku sama soo unnie #plak
    Soo unnie baik bgt sama IU… 😀
    Penasaran sama lanjutannya!!!! ><
    Lanjutannya cepet yah eonni… :*
    Hwaiting! 😀

  5. keren saeng! makin penuh teka teki.. daebak deh pokoknya. kayaknya hantu tiffany mau balas dendam ke satu per satu org yg udah buat dia mati. dan yg jadi sasaran anak2nya. iya gak saen? haha.. aku sok tau!

    saeng lg sakit? wah.. GWS saeng.. dilanjut ya.

  6. horror thor, sumpah merinding bacanya -_-
    Aigoo ini baru part 3, belom ada yang terlalu serem mungkin, tapi aku udah ketakutan. But overall ini fanfic bagus bangettt!!

  7. Semakin penasaran..
    Soo eonni kenapa pingsan tuh?? gara2 tiffany kah??
    Aaaah~ jebal fanny eonni jgn sakitin soo eonni.. 😦

    Lanjut thor.. 🙂

  8. part 3nya makin menegangkan
    soo eonie kenapa pingsan??
    trus krystal mukanya rusak setelah ngebully soo eonie
    pasti itu kerjaanya tifanny
    soo eonie udah mulai menemukan petunjuk tentang tiffany
    penasaran sama kelanjutanya
    ditunggu ya chingu 🙂

  9. makin seru!!
    soo itu kerasukan ato apa ya??*penasarantinggkattinggi
    ditunggu next partnya
    fighting!!

  10. Wah” . .

    Semakin misterius+ menarik ni ff. . .

    Itu Soo unnie dihipnotis ya ama hantu’a Tiffany? ?

    Itu Kyu oppa bkal ng’gendong Soo unnie pulang ya. .
    So sweet. . .
    Next part’a jngan lama” ya. .

  11. Haiiii talent! ^^
    aku udah baca dari part 1 sampe 3, keren banget. Horror nya juga dapet banget >_< agak penasaran sih kok tiff sering muncul di hadapannya sooyoung ._.
    ditunggu yah part 4 nya =D

  12. Annyeong annyeong

    kta ini “Aku berjalan mendekat kearahnya, dan dia menangis” mending klo kta ‘dan’ diganti ‘trnyta’
    kta asing dsni dicetak miring, harusx kta ‘sensitive’ jg dimiringin. lalu kta ‘oke’ jg, tu kn b. indo asli

    sekian gomawo

Leave a reply to maysarifa Cancel reply